Gambaran Situasi Ekonomi RI Menurut Analis Internasional

fin.co.id - 26/08/2021, 19:46 WIB

Gambaran Situasi Ekonomi RI Menurut Analis Internasional

JAKARTA - Kondisi perekonomian Indonesia pada Kuartal II-2021 sudah mengalami perbaikan, dengan capaian angka pertumbuhan ekonomi sebesar 7,07 Persen secara year on year (yoy). Meski demikian, pelaksanaan PPKM yang hingga saat ini masih berlangsung, disebut menjadi faktor pemberat perekonomian pada Kuartal III-2021.

/p>

 Eli Lee, Head of Investment Strategy, Bank of Singapore, dalam hasil kajiannya mengatakan, dari sisi internasional, kondisi perekonomian RI akan banyak dipengaruhi situasi yang terjadi di Amerika Serikat (AS). 

/p>

Eli mengatakan, tingginya tingkat vaksinasi lengkap di AS yang mencapai kisaran 50 persen populasi ini mendorong keyakinan akan pemulihan ekonomi lebih lanjut. Tingkat pertumbuhan PDB AS pada Kuartal II dilaporkan mengalami ekspansi sebesar 6.5 persen. Tingkat konsumsi dilaporkan melonjak 11.8 persen, yang berkontribusi 69 persen terhadap PDB AS. 

/p>

"Menuju akhir paruh kedua 2021, diperkirakan tingkat pertumbuhan akan melambat. Terutama, dengan stimulus bantuan sosial pengangguran yang akan berakhir di bulan September 2021. Di sisi lain, The Fed mempertahankan pandangan yang relatif lebih dovish dan memperkirakan kenaikan suku bunga dapat dimulai pada tahun 2023," ujar Eli dalam keterangan tertulis yang diterima FIN, Kamis (26/8).  Dari dalam negeri, kata dia, pertumbuhan ekonomi Kuartal II meningkat 3.31 persen secara kuartalan atau 7.07 persen secara tahunan. Angka ini meningkat pesat dibandingkan Kuartal I-2021 yang mengalami kontraksi -0.74 persen secara tahunan. PPKM dan penyebaran varian Delta yang berlangsung selama bulan Juli telah menekan aktivitas manufaktur. Angka Purchasing Manager Index (PMI) untuk manufaktur mengalami kontraksi ke 40.1. Angka inflasi bulan Juli tercatat meningkat tipis 0.08 persen, dengan sektor kesehatan mengalami kenaikan lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya. 

/p>

Mengantisipasi imbas PPKM terhadap masyarakat, Kementerian Sosial menganggarkan Rp 2.3 Triliun dana bantuan sosial yang diharapkan dapat menopang tingkat konsumsi. Selain itu, turunnya bed occupancy rate dan jumlah kasus positif harian, diharapkan juga dapat mendorong dilonggarkannya PPKM sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya perlambatan ekonomi di kuartal III. 

/p>

Ekuitas

/p>

Pada bulan Juni, IHSG bergerak menguat di kisaran 5,985 – 6,070, menutup bulan dengan kenaikan 1.41 persen. Penguatan ini juga dibantu oleh aliran dana asing yang kembali masuk ke bursa saham domestik dan tercatat mencapai Rp 482.4 miliar. IPO Bukalapak pada awal pekan bulan Agustus juga menjadi fokus investor karena menjadi ujung tombak revolusi teknologi di Indonesia, mengawali transisi tatanan ekonomi lama ke ekonomi baru. Selain itu IPO GoTo yang diwacanakan di Kuartal IV-2021 diperkirakan akan menjadi katalis bagi pasar saham domestik, sehingga IHSG diproyeksikan berada pada kisaran level 6,500 – 6,800 pada akhir tahun.

/p>

Obligasi

/p>

Pasar obligasi mencatat penguatan signifikan pada bulan Juli 2021 ini. Imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun turun 4.49 persen dan ditutup di level 6.294 persen. Lonjakan kasus positif akibat varian Delta serta rendahnya tingkat inflasi mendorong investor kembali mengakumulasi aset obligasi. Lelang SUN di awal bulan Agustus mencatatkan lonjakan permintaan tertinggi sejak awal tahun di Rp 107.7 triliun, dengan serapan lelang hanya sebesar Rp 34 triliun. 

/p>

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, berencana mengurangi penerbitan SUN di semester kedua tahun ini sebesar Rp 219.3 triliun seiring dengan turunnya estimasi defisit anggaran tahun ini. Keterbatasan suplai obligasi, tingginya real yield, rendahnya tingkat inflasi, serta ekspektasi suku bunga yang ditahan tetap rendah, akan mendorong kinerja obligasi. Sehingga, imbal hasil obligasi diperkirakan akan stabil berada di kisaran 6.0 - 6.5 persen hingga akhir tahun.

/p>

Nilai Tukar

/p>

Rupiah menguat sebanyak 0.26 persen terhadap USD pada bulan Juli. Dollar Index (DXY) mengalami penurunan dari level 92.43 menjadi 92.17 pada akhir bulan, seiring dengan pernyataan dari Jerome Powell yang belum akan melakukan tapering dalam waktu dekat serta kebijakan moneter yang masih sama membuat hal tersebut memberikan tekanan pada Dolar AS. Namun demikian, Rupiah diperkirakan akan berada di kisaran di kisaran 14,300 – 14,500 hingga akhir tahun. (git/fin)

/p>

Admin
Penulis