Dinilai Ganggu Kenyamanan Warga, Pakar Sebut Pembangunan FPSA di Tebet Harus Dipindahkan

fin.co.id - 26/08/2021, 08:32 WIB

Dinilai Ganggu Kenyamanan Warga, Pakar Sebut Pembangunan FPSA di Tebet Harus Dipindahkan

JAKARTA - Pakar Kebijakan Publik Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah mengatakan, Fasilitas Pengelolaan Sampah Antara (FPSA) di Tebet, Jakarta Selatan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta tidak tepat dibangun di samping taman dan dekat dengan area publik.

/p>

Seperti diketahui, tempat pengelolaan sampah itu selain dekat pemukiman seperti Rumah Susun (Rusun), tempat kegiatan belajar mengajar (sekolah) juga bersebelahan langsung dengan Taman Honda yang biasa dimanfaatkan masyarakat untuk menghirup udara segar, sarana berolahraga dan berinteraksi sosial.

/p>

“Jadi tempat pembuangan sampah itu harus terpisah, harus jauh dari pemukiman, kalau itu ya gak bisa pasti penolakannya tinggi karena resiko, efek polusi yang dikeluarkan dari sampah itu, bukan hanya baunya tapi juga itu ada limbah beracun juga ketakutannya disitu,” ungkap Trubus, Kamis (26/8/2021).

/p>

Menurut Trubus, Pemprov DKI Jakarta mesti mencari alternatif tempat lain untuk membangun proyek tersebut. Trubus menyebut masalah sampah adalah masalah klasik yang sampai hari ini Pemprov DKI Jakarta belum bisa menemukan cara yang tepat dan tempat yang laik untuk mengelola sampah seperti halnya di Bantar Gebang.

/p>

“Kalau membangun pengelolaan sampah karena alasan Bantar Gebang, itu masalah klasik. Soal Bantar Gebang juga itu sama jadi sampai hari ini Pemprov DKI itu tidak bisa mencari tempat yang dipakai untuk tempat pembuangan sampah,” ulasnya.

/p>

Trubus mencontohkan proyek pengelolaan sampah di dalam Kota atau Intermediate Treatment Fasility (ITF) di Sunter, Jakarta Utara yang diklaim menggunakan teknologi tepat guna, teruji dan ramah lingkungan, dibawah kendali Pemprov DKI Jakarta ternyata mangkrak alias jalan ditempat, tidak sesuai dengan harapan sehingga belum bisa digunakan untuk mengurai masalah sampah yang ada di Ibu Kota.

/p>

“Seharusnya dengan teknologi bisa, tapi yang di Sunter itu ternyata gagal, artinya gak sesuai target, yang di sunter itu kan ada ITF ya, itu gak mencapai yang diharapkan,” bebernya.

/p>

Trubus menegaskan apapun alasannya pengelolaan sampah tidak seharusnya di samping taman dan ditengah pemukiman, ia menyarankan Pemda DKI Jakarta mencari daerah atau lahan yang masih relatif kosong seperti di sekitar wilayah Jakarta Utara.

/p>

“Jangan disitu (pemukiman warga) harus cari tempat lain, apa pun alasannya gak bisa tempat sampah di taman dan tempat pemukiman, yang paling bagus adalah daerah yang masih kosong, kalau ditanya Jakarta itu daerah mana yang masih kosong tentu paling banyak itu di daerah utara (Jakarta Utara).” Jelasnya.

/p>

Lanjut Trubus, Pemprov DKI bisa membeli tanah atau mencari daerah yang bebas, jauh dari pemukiman seperti wilayah Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara yang dijadikan untuk pemakaman Covid 19 dengan lahan yang cukup luas.

/p>

Pemprov DKI Jakarta, kata Trubus bisa memanfaatkan lahan yang tersedia di Rorotan, seperti hal nya jika masih berbentuk rawa dapat dilakukan pengurugan tanah terlebih dahulu untuk dapat dijadikan lahan pengelolaan sampah.

/p>

“Harus dicarikan tempat lain yang lebih bebas gitu, artinya kalau bisa ya seperti yang di Rorotan itu untuk pemakaman Covid itu ada, Rorotan kan kosong itu kan bisa itu dipake yang tanah rawa-rawa itu kan bisa di urug dulu terus dipake untuk pembuangan sampah,” tuntasnya. (dal/fin).

/p>

Admin
Penulis