JAKARTA - Menanggapi tingginya importasi daging sapi dan lembu dikritisi Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin. Politisi PKS ini mengatakan, dukungan APBN untuk mengurangi importasi belum terlihat hasilnya.
/p>
Ia melanjutkan, pada Juli 2021 impor sapi mencapai US$ 71,72 juta atau setara Rp 1,076 Triliun dengan asumsi (kurs 15 ribu rupiah). Menurutnya, di DPR komisi IV, mitra kerja kementerian pertanian telah didukung dengan berbagai program yang berhubungan dengan peningkatan produksi sapi.
/p>
Di antaranya, Penyelamatan Sapi betina produktif, Program UPPO (Unit Pengolah Pupuk Organik), Program sensus SAPI, UPSUS SIWAB (Sapi Indukan Wajib Bunting) hingga Program Peningkatan Produksi Susu Nasional.
/p>
“Pada Juli ini kan kita merayakan Idul Adha. Banyak peternak yang mengeluh ternaknya tidak terjual maksimal di moment yang paling dinantikan dalam setahun akibat adanya pembatasan-pembatasan akibat pandemi. Tapi agak aneh importasi Juli 2021 malah tinggi sekali. Bahkan bila dibandingkan bulan sebelumnya meningkat 10,5 persen," ujarnya, Selasa (24/8).
/p>
Ia meminta Kementan, agar target peningkatan kesejahteraan petani melalui tiga program strategis dapat betul-betul terealisasi. Penyediaan layanan Kredit Usaha Rakyat (KUR), program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks) dan pembentukan Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostra Tani) jangan sekadar nama indah.
/p>
Menanggapi Kementerian BUMN yang akan memperkuat kapasitas produksi daging nasional melelaui PT Berdikari (persero), Akmal mengatakan jangan sekadar Lips Service saja.
/p>
Menurutnya, sejak 20 tahun lalu, dukungan Komisi IV DPR RI selalu mendukung pada perbaikan sistem yang mendukung ekosistem produksi daging nasional, tapi hingga kini tiap bulan selalu ada importasi daging.
/p>
“Kita ini punya sentra-sentra sapi yang tersebar di seluruh Indonesia. Kolaborasi Sapi Sawit, Sapi Tebu dan lain-lain sudah dilakukan. Pada kenyataannya, selalu alasan sebaran logistik menjadi salah satu alasan untuk impor," terangnya.
/p>
Ia melanjutkan, biaya transfer sapi dari luar jawa ke pulau jawa lebih mahal dari biaya mendatangkan daging sapi dari luar negeri. "Ingat, Indonesia ini sudah banyak defisit akibat pandemi. Janganlah importasi ini terus dibiasakan bila sumber daya nasional masih dapat dioptimalkan," tandasnya. (khf/fin)
/p>