News . 22/08/2021, 17:33 WIB

Ashmore: Saham Teknologi Akan Ubah Pasar Ekuitas Indonesia Secara Struktural

Penulis : Admin
Editor : Admin

JAKARTA - Perusahaan manajer Investasi, Ashmore meramal, pasar ekuitas indonesia akan berubah secara struktural, didorong oleh ekonomi digital dan saham-saham teknologi. 

/p>

Ashmore menyebutkan, dalam sepekan terakhir banyak menerima pertanyaan tentang IPO Bukalapak dan apa artinya bagi sektor teknologi Indonesia ke depan. Haruskah kita terus berinvestasi di saham dan sektor teknologi? 

/p>

"Singkatnya ya. Kami terus melihat bahwa pertumbuhan ekonomi digital Indonesia akan mengungguli sektor ekonomi tradisional," tulis Ashmore dalam catatannya, dikutip Minggu (22/8). 

/p>

Oleh karena itu, Ashmore berpendapat, salah satu cara untuk mengenal sektor digital dari sudut pandang investor domestik adalah dengan berinvestasi di bank digital dan perusahaan teknologi termasuk  e-commerce. Ini bukan sektor yang sepenuhnya baru bagi investor global, mengingat kebangkitan digital telah meningkat pesat dalam 20 tahun terakhir.

/p>

"Kedekatan juga menjadi alasan bagi investor institusi untuk mendekati sektor ini secara lebih holistik dan alasan aliran masuk ke sektor tersebut dalam dua minggu terakhir."

/p>

Sebagai informasi saja, bursa saham Indonesia mengakhiri pekan ketiga Agustus, Jumat (20/8) dengan mencatatkan  rebound  IHSG sebesar 0,64 persen ke posisi 6.030 poin. Namun secara mingguan, indeks turun tajam, -1,17 persen, dibanding akhir pekan sebelumnya di level 6.139, meskipun investor asing membukukan arus masuk bersih ekuitas sebesar USD161 juta.

/p>

Beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi pergerakan modal di dalam dan luar negeri, antara lain;

/p>

  1. Update Covid; vaksinasi Covid jelang akhir pekan mencapai sekitar 4,88 miliar dosis yang mewakili 1,88 miliar atau 24,4 persen populasi global. Indonesia telah memberikan 86 juta dosis untuk 30,4 juta penerima vaksin lengkap, atau 11,2 persen dari total populasi. Tingkat vaksinasi di Jakarta diperkirakan mencapai 70 persen pada bulan ini.
  2. Risalah FOMC menunjukan bahwa pejabat Fed memiliki berbagai pandangan tentang waktu yang tepat untuk pengurangan pembelian aset (tapering off). Sebagian besar mendukung untuk memulai  tapering  tahun ini, asalkan perekonomian berkembang seperti yang diantisipasi. Ketidakpastian seputar pandemi menyebabkan beberapa preferensi Federal Reserve AS untuk lebih fleksibel dan bergantung pada negara.
  3. Data perdagangan ritel AS periode Juli turun 1,1 persen (mom), lebih besar dari angka revisi pertumbuhan Juni menjadi -0,7 persen, dan konsensus penurunan 0,3 persen, dipimpin oleh penurunan pembelian mobil, akibat kebangkitan kasus Covid yang menekan permintaan konsumen.
  4. Surplus perdagangan Indonesia menyempit menjadi USD2,59 miliar pada 21 Juli dari USD3,2 miliar pada bulan yang sama tahun lalu, dan lebih besar dibanding konsensus sebesar USD2,27 miliar. Ekspor Juli naik 29 persen (yoy), sementara impor naik 44 persen (yoy). (git/fin)
/p>

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com