JAKARTA - Perbaikan perekonomian global kedepannya akan sangat tergantung dari stimulus yang diberikan oleh negara-negara maju. Stimulus itu berupa fiskal maupun moneter.
/p>
Hal itu disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers virtual, JUmat (6/8). Menurutnya, ekonomi global menunjukkan tren perbaikan pada triwulan II-2021 melanjutkan pemulihan yang telah terjadi pada triwulan I.
/p>
"Ekspektasi pemulihan ekonomi ke depan ditopang oleh langkah-langkah sejumlah negara maju yang masih akan mempertahankan stimulus fiskal dan moneter," ujarnya.
/p>
Negara-negara maju, kata Sri Mulyani, telah lebih dahulu bangkit dari masa krisis, sebut saja Amerika Serikat yang pertumbuhan ekonominya mencapai 12 persen, kemudian China yang juga mampu tumbuh 7,9 persen (yoy), hingga Singapura yang sudah tumbuh 14,3 persen pada triwulan ini, meski pada triwulan II-2020 lalu mengalami kontraksi 13,3 persen.
/p>
Menurut Sri Mulyani, berbagai perkembangan tersebut berdampak terhadap meningkatnya transaksi perdagangan global dan harga komoditas.
/p>
"Perkembangan tersebut menunjukkan arah dan strategi pemulihan ekonomi Indonesia yang baik," ujarnya.
/p>
Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan di tengah optimisme pemulihan global masih terdapat sejumlah negara yang kembali menghadapi penyebaran Covid-19 varian Delta seperti Inggris, Belanda, Malaysia, China, dan Thailand.
/p>
"Sejumlah negara kembali menghadapi penyebaran varian Delta yang sangat mudah menyebar dan menular," pungkasnya. (git/fin)
/p>