Rupiah Akhir Pekan Loyo, Ini Penyebabnya

fin.co.id - 06/08/2021, 19:06 WIB

Rupiah Akhir Pekan Loyo, Ini Penyebabnya

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot, Jumat (6/8) berada di posisi Rp14.352 per dolar AS. Nilai tersebut melemah 0,21 persen jika dibandingkan dengan perdagangan Kamis (5/8) sore, yaitu Rp14.342 per dolar AS.

/p>

Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah pada posisi Rp14.369 per dolar AS, atau melemah dibandingkan posisi kemarin yakni Rp14.342 per dolar AS.

/p>

Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan, rupiah melemah karena indeks dolar menguat terhadap mata uang lainnya setelah investor menyatakan menunggu pengumuman laporan pekerjaan AS terbaru.

/p>

“Data tersebut dapat memberikan indikasi AS bisa memperketat kebijakan moneternya lebih awal dari Eropa dan Jepang yang prospeknya tampak masih jauh,” ujar Ibrahim di Jakarta, Jumat (6/8).

/p>

Penguatan dolar juga didukung oleh pernyataan Wakil Ketua The Fed, Richard Clarida sebelumnya yang menyatakan bahwa kondisi untuk kenaikan suku bunga dapat dipenuhi pada akhir 2022. Hal ini memicu kekhawatiran bahwa pengurangan aset dapat dimulai pada awal tahun ini. Pandangannya digaungkan oleh Gubernur Fed Christopher Waller ketika pemulihan ekonomi dari Covid-19 berlanjut dan pasar tenaga kerja membaik.

/p>

Selain itu, investor juga mencerna data ekonomi AS yang beragam yang dirilis awal pekan ini, di antaranya data pekerjaan non-pertanian ADP berada di 330.000 pada bulan Juli, indeks manajer pembelian jasa (PMI) adalah 59,9, pekerjaan non-manufaktur Institute of Supply Management (ISM) berada di 53,8 dan PMI non-manufaktur ISM berada di 64,1. Namun, investor menyambut baik penurunan klaim pengangguran awal AS, dengan 385.000 klaim diajukan selama seminggu terakhir.

/p>

Sedangkan dari dalam negeri, Ibrahim menyebut data pertumbuhan ekonomi Kuartal II-2021 belum memberikan dorongan kepercayaan bagi para investor, sebab mereka masih menunggu langkah pemerintah menjaga pertumbuhan tersebut.

/p>

“Sebab, kalau melihat di lapangan bahwa ekonomi benar-benar stagnan. Dan ini bisa terlihat dari  tutupnya beberapa perusahaan ritel dan bahkan  bangkrut. Kondisi inilah yang membuat ragu kalau pertumbuhan ekonomi di Kuartal III-2021 bisa di 4 persen dan bahkan bisa turun di 1-2  persen. Ini merupakan tantangan  tersendiri bagi pemerintah yang harus bisa membuktikan bahwa angka 4  persen sudah valid,” pungkasnya. (git/fin)

/p>

Admin
Penulis