TENGKU Sulung Sayed Kasim atau Sultan Syarif Kasim II adalah pewaris tahta Kerajaan Siak Sri Indrapura ke-12. Ia naik tahta menggantikan Ayahnya Sultan Asysyaidis Syarif Hasyim Abdul Djalil Syaifuddin yang memerintah selama 19 tahun yaitu dari tahun 1889 sampai tahun 1908. Ibunya bernama Tengku Yuk, permaisuri kerajaan Siak.
/p>
Sultan Syarif Kasim II berdarah Arab. Sejak kecil, dia dididik sebagai pemeluk Islam yang taat. Ayahanya merupakan seorang sultan yang kuat memegang prinsip Islam, selain itu juga mempunyai pandangan yang luas serta berusaha dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.
/p>
Ayahandanya ingin agar Sayed Kasim atau Sultan Syarif Hasim II yang menggantikannya kelak dapat memimpin kerajaan dengan prinsip Islam dan pengetahuan yang luas. Oleh karena itu, setelah Sayed Kasim berumur 12 tahun (pada tahun 1904) ia dikirim ke Batavia (saat ini Jakarta) pusat pemerintahan Hindia Belanda saat itu.
/p>
Sehingga kemudian Syarif Kasim II dinobatkan sebagai sultan pada umur 21 tahun untuk menggantikan ayahnya Sultan Syarif Hasyim.
/p>
Selama memerintah, Sultan Syarif Kasim II merupakan seorang pendukung perjuangan Kemerdekaan Indonesia, serta mendorong raja-raja di Sumatera Timur untuk mendukung dan mengintegrasikan diri dengan Republik Indonesia.
/p>
Pada tahun 1945 berita kekalahan Jepang yang menyerah tanpa syarat kepada sekutu tepat pada 15 Agustus 1945 serta berita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tersiar di daerah Kesultanan Siak.
/p>
Begitu Sultan Syarif Kasim II mendengar berita proklamasi tersebut, semangat pergerakan nasionalnya mencapai puncaknya, ia mengibarkan bendera merah putih di Istana Siak.
/p>
Tahun 1946, ia berangkat ke Jawa menemui Soekarno dan menyatakan bahwa Kesultanan Siak Sri Indrapura merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia.
/p>
Pada saat itu ia juga menyatakan mendukung perjuangan Republik Indonesia, sambil menyerahkan mahkota kerajaan serta menyumbangkan harta kekayaannya sejumlah 13 juta gulden kepada pemerintah Republik Indonesia (setara dengan 214,5 juta gulden atau 120,1 juta USD atau Rp 1,47 triliun.
/p>
Di usia 74 tahun, beliau tutup usia di Rumbai, Pekanbaru pada tanggal 23 April 1968, dan dimakamkan di dekat lokasi Kerajaan Siak.
/p>
Atas dedikasi beliau dalam perjuangan kemerdekaan dan atas semakin berkembangnya wilayah Siak khususnya dan Riau pada umumnya, namanya digunakan sebagai nama bandara udara internasional di Kota Pekanbaru.
/p>
Saat ini, Istana Kerajaan Siak masih kokoh berdiri dan digunakan sebagai objek wisata bagi para wisatawan yang ingin mengetahui secara langsung Kerajaan Siak di Kota Siak Sri Indrapura.
/p>
Demikian juga dengan makam Sultan Syarif Kasim II yang terletak ditengah Kota Siak Sri Indrapura, Kabupaten Siak, Provinsi Riau, tepatnya disamping Mesjid Sultan yaitu Mesjid Syahabuddin.
/p>
Sultan Syarif Kasim II tidak meninggalkan keturunan, baik dari Permaisuri Pertama Tengku Agung maupun dari Permaisuri Kedua Tengku Maharatu.
/p>
Pada 6 November 1998 melalui Kepres Nomor 109/TK/1998, Pemerintah Republik Indonesia memberi gelar kehormatan kepahlawanan yaitu sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia kepada almarhum Sultan Syarif Kasim II (Sultan Siak XII) disertai anugerah tanda jasa Bintang Mahaputra Adipradana. (berbagai sumber)