JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bahwa pihaknya akan terus mempertahankan kebijakan super longgar untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional. Baik terkait suku bunga acuan hingga likuiditas di sektor keuangan.
/p>
Hal itu disampaikan Perry dalam konferensi pers KSSK, yang diselenggarakan secara virtual hari ini, Jumat (6/8).
/p>
"Kebijakan suku bunga rendah akan kita pertahankan. Kebijakan likuiditas longgar super longgar akan kami pertahankan, kami lanjutkan terus untuk pemulihan ekonomi," kata Perry.
/p>
Dengan kebijakan itu, diharapkan pemulihan ekonomi bisa terus berlanjut, mengikuti kebijakan dari pemerintah baik dari sisi fiskal maupun sektor rill. BI masih optimis ekonomi RI tahun ini tumbuh 3,9 persen.
/p>
Perry juga tetap memastikan stabilitas sistem keuangan terjaga. Khususnya yang berkaitan dengan nilai tukar rupiah yang bisa dipengaruhi oleh ketidakpastian dari global. Instrumen yang dipersiakan antara lain intervensi di pasar spot dan Domestic Non-Delivery Forward (DNDF), serta Surat Berharga Negara (SBN).
/p>
"Kami menjaga dampak dari ketidakpastian global terhadap stabilitas rupiah dan yield SBN agar terkendali," jelasnya.
/p>
Perry juga mengungkapkan, Bank Indonesia (BI) terus menambah likuiditas ke pasar uang dan perbankan dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi. Dilaporkan hingga 19 Juli 2021, Rp 101,1 triliun telah dikucurkan.
/p>
"Pada tahun ini BI menambah quantitative easing (QE) Rp 101,1 triliun, hingga 19 Juli 2021. Dengan demikian sejak tahun lalu, sejak pandemi BI melakukan QE Rp 833,9 triliun atau 5,3 persen PDB," ujarnya.
/p>
"BI juga terus melanjutkan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah agar sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar melalui kebijakan triple intervention baik spot, dndf, dan pembelian sbn dari pasar sekunder," pungkasnya. (git/fin)
/p>