JAKARTA- Mantan kader PKPI, Teddy Gusnaidi tidak sepakat apabila alenia dalam UUD-1945 dipakai untuk memberikan pembelaan kepada Palestina. Dia mengatakan, menggunakan UUD 45 untuk membela Palestina adalah kesalahan besar.
"Saya pikir cukup jelas, bahwa menggunakan alasan UUD 45 untuk memvonis negara lain salah, adalah sebuah kesalahan besar yang bisa digunakan untuk mengobok-obok NKRI. Dan memang itu tujuan mereka ketika gunakan pembukaan UUD 45 agar bisa merusak Indonesia," kata Teddy Gusnaidi lewat keterangan tertulisnya, dikutip, Sabtu (22/5).
Dia bilang bahwa jika pembukaan pada alinea pertama UUD-45 yang menyatakan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa, maka kelompok teroris Papua dan wilayah lainnya yang ingin merdeka dari Indonesia, tidak perlu dihalangi.
"Karena kalian pelintir UUD 45 demi membela Palestina, maka pelintiran kalian dimanfaatkan. ketika Papua mau merdeka dan aparat membatasi bahkan menyerang mereka, maka mereka bisa mengatakan mereka dijajah. Israel bilang, bukankah kemerdekaan itu hak segala bangsa? Ini berbahaya," kata Teddy Gusnaidi.
"Para teroris pun akan mengatakan, Pembukaan UUD 45 menyatakan kemerdekaan adalah hak segala bangsa, jadi jika daerah X ingin merdeka menjadi sebuah bangsa seperti timor-timor, Indonesia harus relakan, kalau tidak maka melanggar pembukaan UUD 45. Sangat berbahaya kan?" sambung Teddy Gusnaidi.
Teddy bilang bahwa UUD-45 itu berlaku untuk internal negara kita. Bukan mengurusi negara lain.
"Makanya pada alinea 4 disebutkan: untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, peruntukannya untuk internal, bukan untuk dunia," jelasnya.
Sementara itu, pada alenia berikutnya yang menjelaskan bahwa ikut menjaga ketertiban dunia, pun itu untuk internal Indonesia.
"Ada yang bilang, ok lalu bagaimana pada alinea keempat, yaitu ikut melaksanakan ketertiban dunia? Ya benar, kita ikut melaksanakan ketertiban dunia. Bukan ikut menjadi polisi atau hakim dunia. Kita jaga NKRI agar tidak terjadi konflik, sehingga kita ikut melaksanakan ketertiban dunia," jelas Tessy Gusnaidi. (dal/fin).