JAKARTA - Direktur Utama PT Tigapilar Argo Utama Ardian Iskandar Maddanatja mengaku ditagih komitmen fee oleh Matheus Joko Santoso saat masih menjabat sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK) Kementerian Sosial (Kemensos).
Permintaan fee itu berkaitan dengan pengadaan paket bantuan sosial (bansos) yang tidak lain dikerjakan PT Tigapilar Argo Utama.
Permintaan fee ini mulanya disampaikan oleh manager PT Pesona Berkah Gemilang, Muhammad Abdurrahman. PT Pesona Berkah Gemilang merupakan perusahaan yang menyediakan isi paket bansos dari PT Tiga Pilar Agro Utama.
BACA JUGA: Moeldoko Akui Ingat Pesan dari Paman AHY: Kalau Tidak Bisa Memberi Jangan Pernah Mengambil
"Abdurahman bilang ke saya, bahwa ini disuruh sama bu Sona (Direktur Utama PT Pesona Berkah Gemilang Sonawangsih) untuk ngecek apakah pembayaran Tiga Pilar sudah dibayar oleh Kemensos," kata Ardian saat menjalani sidang dengan agenda pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (12/4) malam.Mendengar pernyataan Ardian, jaksa penuntut umum (JPU) lantas menelisik pertemuan Ardian dengan Matheus Joko Santoso. Diduga pertemuan itu terjadi di kawasan Cawang, Jakarta Timur.
"Jadi Pak Abdurrahman bilang, mungkin Pak Joko belum dibayar fee-nya jadi untuk jelasnya ketemu langsung bicara-bicara, jadi saya langsung datang pak siang itu juga," ucap Ardian.
BACA JUGA: 14 Terduga Teroris Ditembak Mati, Pengamat: Dendam Densus
"Terus ketemu?," tanya Jaksa Muhammad Nur Azis."Ketemu, kemudian diperjelas lagi oleh Pak Joko, kemudian akhirnya malamnya ketemu Ibu Lia (Nujulia Hamzah)," ujar Ardian.
Dalam pertemuan itu, Ardian mengaku ditagih fee oleh Matheus Joko Santoso. Karena apabila tidak dibayarkan, pencarian paket pengadaan bansos itu akan tersendat.
"Dia (Matehus Joko Santoso) bilang, 'Mana komitmen fee nya?' kalau kamu pergi saya baru tahu Pak, karena saya nggak ada pembicaraan apa-apa, yang jelas itu masalahnya ada di Ibu Lia, saya sudah terangkan perjanjian saya dengan Ibu Lia 90 ribu per paket. Jadi saya sudah serahkan semua dari tanggal belasan September. Karena saya kesitu sudah tanggal 2 Oktober, atau pertengahan Oktober," beber Ardian.
BACA JUGA: ASEAN Bukan Tempat Sampah!
Ardian pun mengaku, jika tidak membayarkan fee, tidak lagi bisa mendapatkan paket pengadaan bansos."Dia bilang pokoknya kalau nggak ada pembayaran tidak bisa dilanjutkan untuk pengurusan," cetus Ardian.
Ardian juga tidak mengetahui di antara uang fee yang disepakati senilai Rp30 ribu, terdapat jatah Rp10 ribu untuk Juliari Peter Batubara selaku Menteri Sosial.
"Saya tidak terima Informasi itu," tegas Ardian.
"Pak Joko hanya minta fee gitu aja ya nggak khusus?" telisik Jaksa.
BACA JUGA: Sheikh MBZ Jadi Nama Jalan Tol, Aktivis ProDem ke Jokowi: Suka-suka Lo aja deh
"Saya bilang waktu itu Pak ini Nuzulia keponakannya Dirjen loh Pak, kemudian Pak Joko bilang nggak peduli keponakan Dirjen keponakan menteri pokoknya, saya minta. Gitu Pak," cetus Ardian."Jadi intinya ada kewajiban peritah dari Joko dia harus mengumpulkan gitu ya?" tanya Jaksa.
"Iya," tandas Ardian.
Adapun Direktur Utama PT Tigapilar Argo Utama Ardian Iskandar Maddanatja dan konsultan hukum Harry Van Sidabukke didakwa menyuap mantan Menteri (Mensos) Juliari Peter Batubara masing-masing Rp1,28 miliar dan Rp1,95 miliar.