Bantah Rugikan Negara, RJ Lino Klaim Pengadaan QCC Pelindo II Justru Bikin Untung

JAKARTA - Mantan Direktur Utama (Dirut) PT Pelindo II Richard Joost (RJ) Lino membantah telah mengakibatkan kerugian negara dalam pengadaan tiga unit quay container crane (QCC) pada perusahaan pelat merah tersebut tahun 2010.

Ia mengklaim tindakannya membeli QCC pada 2010 lewat penunjukan langsung terhadap HDHM justru menguntungkan negara ketimbang melaluu proses lelang seperti yang dikakukan Pelindo II pada 2012 lalu.

"Saya kasih contoh crane yang saya beli di 2010 itu harganya lebih murah USD500 ribu daripada lelang tahun 2012 jadi seharusnya kalau mau dikonversi," kata RJ Lino di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Senin (29/3).

Dia pun mempertanyakan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang tidak memperhitungkan keuntungan negara sebesar USD500 ribu atas pembelian crane tersebut.

"Saya enggak inget namanya kalau dibanding dengan 2012 itu barangnya sama dengan yang penunjukan langsung 2010. Tapi yang 2010 itu lebih murah USD500 ribu. Jadi harusnya saya dikasih bintang, bukan dijadikan tersangka," ucap Lino.

Diketahui, KPK baru saja menahan RJ Lino setelah sempat melenggang bebas selama lebih dari lima tahun pasca-ditetapkan sebagai tersangka pada Desember 2015 lalu. RJ Lino ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Gedung Merah Putih KPK.

Sebagai informasi, RJ Lino tersandung kasus dugaan korupsi pengadaan tiga QCC PT Pelindo II pada anggaran 2010.

RJ Lino diduga melakukan penunjukan langsung perusahaan asal China, Wuxi Huadong Heavy Machinery Co, Ltd dalam pengadaan tiga QCC yang dianggap sebagai penyalahgunaan wewenang.

Atas perbuatannya, RJ Lino disangkakan melanggar Pasal 2 ayat (1) dan atau Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor. (riz/fin)