Jangan Korbankan Petani, Rencana Impor Beras 1 Juta Ton

fin.co.id - 25/03/2021, 22:35 WIB

Jangan Korbankan Petani, Rencana Impor Beras 1 Juta Ton

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Rencana pemerintah yang akan mengimpor beras satu juta jangan sampai mengorbankan petani. Di sisi lain harus tetap bisa menjaga pasokan agar tak terjadi lonjakan harga.

Anggota Komisi II DPR Mardani Ali Sera mengatakan kebijakan impor beras memang dapat memenuhi kebutuhan kualitas maupun harga. Akan tetapi jangan sampai mengorbankan petani.

"Kedua kepentingan tersebut harus diakomodasi secara adil. Pemerintah harus bisa menyeimbangkan antara ekonomi, efisiensi teknis, hingga aspek sosial," katanya dalam keterangan tertulisnya, Kamis (25/3).

Dijelaskannya pertanian padi di Indonesia sebenarnya sudah menghasilkan alur yang nisbi tetap. Panen raya pada Februari hingga Mei, panen gadu saat kemarau pada Juni hingga September dan paceklik pada Oktober hingga Januari.

Sementara data produksi beras memperlihatkan angka surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras Januari hingga April 2021 akan mencapai 14,54 juta ton, naik 26,84 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020 yang mencapai 11,46 juta ton.

Politisi PKS ini mengatakan pada 2018, pemerintah mengimpor beras 1,785 juta ton yang masih tersisa 106.642 ton yang oleh Bulog dinyatakan sudah turun mutunya.

"Impor bukan solusi mengatasi persoalan kesenjangan stok beras antardaerah. Saat panen, seharusnya distribusi diperkuat sehingga stok bisa disalurkan ke daerah yang defisit," tutur-nya.

Ditegaskannya, dalam kebijakan impor beras diperlukan audit produksi, konsumsi, hingga kebutuhan yang dilakukan secara transparan setiap tahun diiringi dengan evaluasi kebijakan.

Berdasarkan data audit, strategi perdagangan bisa disusun untuk menghasilkan surplus di kemudian hari.

"Dengan APBN yang semakin berat di saat pandemik, bagaimana menyediakan dana untuk impor? Bila bukan hal utama, untuk apa dilakukan?" katanya.(gw/fin)

Admin
Penulis