JAKARTA - Impor barang modal pada Februari 2021 dilaporkan mengalami lonjakan. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, hal itu sejalan dengan mulai bergeraknya sektor industri di masa pandemi, setelah di 2020 lalu tingkat utilisasi industri di Indonesia menurun tajam.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, mengungkapkan porsi impor untuk barang modal pada Februari 2021 naik 9,08 persen secara bulanan dan naik 17,68 persen secara tahunan menjadi USD2,15 miliar. Menurutnya, produk barang modal yang mengalami kenaikan tertinggi yaitu mesin dan perlengkapan elektronik. Beberapa peralatan permesinan yang diimpor tersebut berasal dari Jepang, Filipina, Singapura dan Amerika Serikat.
"Impor ini menggembirakan dan mengindikasikan bahwa pergerakan industri dan investasi di dalam mulai bergulir. Hasilnya kita bisa lihat pada rilis PDB nanti," kata Suhariyanto keterangan persnya, Senin (15/3).
Suhariyanto mengatakan untuk impor barang konsumsi mengalami penurunan 13,76 persen month to month (mtom) atau naik 43,59 persen secara year on year (yoy) menjadi USD1,22 miliar. Beberapa produk barang konsumsi yang mengalami penurunan impor antara lain bawang putih, buah - buahan seperti jeruk mandarin dan apel.
Sementara itu impor bahan baku atau penolong selama bulan Februari 2021 turun 0,50 persen mtom dan naik 11,53 persen secara tahunan menjadi USD9,89 miliar. Jika dilihat struktur pembentuk impor pada Februari yang nilainya USD13,26 miliar, bahan baku atau penolong menjadi yang terbesar yaitu 74,57 persen.
Selanjutnya untuk impot barang modal porsinya sebesar 16,23 persen. Lalu untuk impor barang konsumsi kontribusinya terhadap total impor pada Februari 2021 sebesar 9,20 persen.
"Ini indikasi bagus karena terakhir kali impor kita mengalami kenaikan pada Juni 2019," pungkasnya. (git/fin)