JAKARTA- Ketua Bappilu Partai Demokrat, Andi Arief berharap, Kepala Staf Presiden (KSP), Moeldoko bisa bertobat setelah melakukan kudeta Partai Demokrat melalui kongres luar biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara. Andi Arief menyebut, KLB tersebut keblinger.
"Mudahan Pak Moeldoko memahami gagalnya kudeta keblinger dan bertobat," ujar Andi Arief lewat keterangan tertulisnya, Kamis (11/3).
Andi Arief menyebut, Partai Demokrat bukan partai yang pragmatis akibat perbuatan beberapa kader. "Joni Alen dan Nazarudin serta Marzuki ali memang pernah sukses gunakan pragmatisme dalam kongres 2010. Sekarang zaman sudah beda," katanya.
Lebih lanjut Andi Arief membeberkan proses Agus Harimurti (AHY) menjadi Ketua Umum Partai Demokrat melalui kongres tahun 2020 yang mana AHY didukung oleh semua Ketua DPD/DPC dan tidak desain untuk aklamasi.
"Jelang kongres 2020, SBY ketua majelis tinggi dapat aspirasi tertulis dari semua ketua DPD/DPC. Ada 3 aspirasi, calonkan kembali SBY, ikut arahan SBY, mencalonkan AHY. Kongres Tidak didesain aklamasi, dibuka bagi kader ingin calonkan diri. Saat pendaftaran AHY didukung 95% DPD/DPC," terang Andi Arief.
Dia mengatakan, saat itu, hanya AHY yang mendaftar saat kongres dan angka dukungan menurut tatib aklamasi- dalam tatib bisa mencalonkan diri 25 %-, maka seluruh peserta kongres mendukung AHY secara aklamasi sebab AHY hanya calon tunggal.
"Sedangkan jabatan ketua majelis tinggi tetap SBY karena amanat kongres 2015 Surabaya," ucapnya.
Andi Arief membeberkan proses AHY sebagai kader Partai Demokrat tidak instan. AHY masuk daftar ke Demokrat pada tahun 2016 saat Pilkada DKI.
"Karena Ibu Ani sakit dan AHY harus menjaga, Partai menugaskan padanya sekaligus menguji dalam tugas pemenangan Pilkada 2018 dan Kogasma saat Pileg 2019. Diuji dulu sebagai kader, tidak ujug-ujug. Ini beda dengan Pak Moeldoko," jelas Andi Arief.
Andi Arief mengatakan, kudeta Demokrat di Deli Serdang disebut Kudeta Keblinger. Sudah ketauan rencananya dan sempat dicegah AHY pada 1 Februari 2020 tetap dilakukan oleh Moeldoko dkk.
"Mereka anggap tak mungkin AHY bisa atasi kudeta. AHY sendiri dengan maksud baik berkirim surat saat itu karena hormati Presiden," ujarnya. (dal/fin).