Demokrat Sentil Moeldoko: Kebelet jadi Presiden dan Butuh 'Kendaraan'

fin.co.id - 02/02/2021, 12:18 WIB

Demokrat Sentil Moeldoko: Kebelet jadi Presiden dan Butuh 'Kendaraan'

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA- Deputi Balitbang DPP Partai Demokrat, Yan A Harahap mengatakan, ada sejumlah oknum yang membangun narasi seolah ada masalah serius di tubuh Partai Demokrat. Sehingga akan terjadi 'kudeta' kepemimpinan.

Padahal, menurut Harahap, pelaku yang ingin mengkudeta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari Ketum Partai hanya segelintir orang. Harahap kemudian menyentil KSP Moeldoko sebagai 'aktor eksternal' yang kebelet jadi Presiden namun tak ada Partai.

‘Bandit-bandit politik’ ini membangun narasi seolah di tubuh Partai Demokratada gerakan besar yang ingin kudeta. Padahal pelakunya hanya segelintir ‘bandit-bandit tersebut, yang kini dibantu “Aktor Eksternal” yang sangat kebelet jadi Presiden dan butuh “kendaraan” nyapres," cuit Yan Harahap di akun twiternya, Selasa (2/2).

Harahap juga mendesak agar Meoldoko berkata sejujurnya bahwa pertemuan upaya kudeta itu dilakukan di sebuah Hotel berbintang. Bukan di kediamannya sebagaimana dia mengklarifikasi.

Dalam berita ini Moeldoko sebut pertemuan diadakan di rumahnya. Padahal bukan, melainkan di Hotel Aston Rasuna lantai 28, Rabu, 27 Januari 2021 sktar Pkl. 21.00. Para kader sebut Anda yang mendatangi mereka, bukan mereka yang mendatangi rumah Anda. Jangan boong," terangnya.

Hal yang sama dikatakan Politikus Partai Demokrat, Rachland Nashidik, mengatakan bahwa tujuan Moeldoko merebut posisi Ketua Umum Partai Demokrat adalah karena ingin maju sebagai calon presiden 2024.

"Berdasarkan laporan dari seorang kader senior Partai Demokrat yang diminta bertemu langsung, KSP Moeldoko menyampaikan bahwa tujuan pengambilalihan posisi Ketum PD yang hendak dilakukan adalah untuk dijadikan jalan atau kendaraan bagi KSP Moeldoko maju sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024 mendatang," kata Rachland.

Rachland mengatakan, para pimpinan dan kader partainya di pusat maupun daerah melaporkan adanya manuver politik yang dilakukan sejumlah kader dan eks kader, bersama pihak luar partai.

Pimpinan dan kader partai yang melapor, kata Rachland, mengaku dihubungi dan diajak melakukan pengambilalihan Ketua Umum Partai Demokrat. Ajak dan permintaan dukungan untuk mengganti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu dilakukan melalui telepon maupun pertemuan langsung.

"Dalam komunikasi mereka, setelah menurunkan dan mengganti kami dari posisi Ketum Partai Demokrat yang telah dikukuhkan oleh negara, selanjutnya mereka diminta untuk mendukung dan mengangkat KSP Moeldoko menjadi Ketum PD yang baru," ujar Rachland.

Sebelumnya, KSP Moeldoko mengakui pernah bertemu dengan sejumlah kader Partai Demokrat beberapa kali di kediamannya. Namun, Moeldoko tidak menjelaskan secara detail waktu pertemuan dirinya dengan kader Demokrat terjadi.

“Jadi ceritanya begini, beberapa kali memang banyak tamu yang berdatangan dan saya orang yang terbuka. Saya mantan Panglima TNI, tapi saya tak memberi batas dengan siapapun apalagi di rumah ini, mau datang terbuka 24 jam, siapapun,” kata Moeldoko dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring, Senin (1/2) malam.

Ia melanjutkan, kader Demokrat tersebut datang ke kediamannya secara bergelombang dan berbondong-bondong.

Setelah itu, kata Moeldoko, para kader Demokrat itu bercerita tentang situasi yang tengah dihadapi di partai berlambang mercy.

“Berikutnya pada curhat tentang situasi yang dihadapi, ya gue dengerin saja. Berikutnya, ya dengerin saja. Saya sih sebenarnya prihatin lihat situasi itu, karena saya bagian yang mencintai Demokrat,” ucap Moeldoko. (dal/fin)

Admin
Penulis