JAKARTA- Anggota DPR RI Komisi I Fadli Zon menilai apa yang dilakukan kepolisian Polda Metro Jaya terhadap laskar pengawal Habib Rizieq Shihab merupakan operasi militer klasik. Dia meminta investigasi yang melakukan pengecekan terhadap senjata api yang merupakan barang bukti yang diperoleh Polda Metro Jaya.
"Dalam sejarah operasi intelijen, modus semacam ini sangat klise dan klasik. Bukan operasi kekinian. Cek aja senpi, proyektil, bekas tembak, sidik jari, uji balistik dll. Benar-benar brutal pelaku pembantaian ini," kata Fadli Zon di twitternya, Selasa (8/12)
Fadli Zon berharap Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) bisa bergerak mengusut kasus penembakan ini. Fadli yakin, 6 laskar FPI itu telah dibantai dengan keji.
"@KomnasHAM harus bergerak cepat. Saya yakin 6 orang anggota FPI telah dibantai dengan keji. Ini jelas pelanggaran hak asasi manusia (HAM) paling brutal. Usut pelaku-pelaku aparat yang terlibat," katanya.
Sementara itu, Komnas HAM dalam keterangan persnya mengatakan, telah membentuk tim pemantau dan tim penyidik guna mendalami informasi atas kejadian penembakan itu.
"Saat ini, Tim sedang mendalami informasi untuk memperdalam berbagai informasi yang beredar di publik," tulis Komnas HAM lewat keterangan tertulisnya, Selasa (8/12).
Disebutkan, Tim mereka sedang mendalami informasi dan mengumpulkan fakta-fakta dari pihak langsung. Termasuk, menggali keterangan dari FPI secara langsung yang saat ini sedang berlangsung.
"Untuk memperkuat pengungkapan peristiwa yang terjadi, kami berharap semua pihak mau bekerja sama dan terbuka. Harapan ini juga kami sampaikan kepada pihak Kepolisian. Proses awal ini telah diperoleh beberapa keterangan secara langsung dan sedang dilakukan pendalaman" demikian Komnas HAM.
Sebelumnya, Juru bicara Front Pembela Islam (FPI), Munarman mengatakan, apa yang disampaikan oleh pihak Polda Metro Jaya terkait adanya aksi tembak-menembak antara polisi dan FPI merupakan fitnah yang dibuat-buat. Munarman mengatakan, laskar FPI tidak pernah dibekali dengan senjata api.
"Bahwa fitnah besar kalau laskar kita disebut membawa senjata api dan tembak menembak, laskar kami tidak pernah dibekali dengan senjata api. Kami terbiasa tangan kosong. Kami bukan pengecut," ujar Munarman dalam konferensi Pers di Markas FPI Petamburan Jakarta Barat, Senin (7/12).
Dia mengatakan, tuduhan itu fitnah yang luar biasa bahwa laskar FPI yang lebih dulu melakukan penembakan. Munarman menyarankan agar melakukan pengecekan terhadap senjata api yang kini jadi barang bukti Polda Metro Jaya..
"Kalau betul, coba dicek, nomor register senjata apinya, pelurunya itu semua tercatat. Silahkan dicek, Pasti bukan punya kami, karena kami tidak punya akses terhadap senjata api, dan tidak mungkin membeli dari pasar gelap jadi bohong," ucap Munarman.
Munarman menduga, anggotanya dibantai dan dibunuh di satu tempat. Sebab jika saja ada saling tembak menambak, maka di lokasi kejadian akan pasti ada keramaian dengan jenazah laskar yang tergelatak di jalan.
"Itu membuktikan bahwa mereka dibunuh dan dibantai, kalau sejak awal tembak menembak, berarti tewas ditempat dong, tewas ditempat. Semala saya cek di lokasi tidak ada janazah disitu, tidak ada keramaian disitu, yang ada justru petugas aparat setempat yang ada di lokasi di sekitar pintu tol Karawang Timur, ternyata tidak ada mobil laskar di situ, jenazah juga tidak ada," papar Munarman. (dal/fin)