News . 25/11/2020, 12:51 WIB
JAKARTA- Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan disebut memimpin penangkapan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo.
Edhy ditangkap bersama pegawai KKP dan keluarganya dalam operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan tim satgas KPK di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (25/11) dini hari.
Menanggapi itu, eks Politikus Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean mengucapkan selamat kepada KPK yang berhasil menangkap tokoh sekelas Edhy. Namun Ferdinand menilai, dugaan korupsi yang dilakukan Edhy hanya kasus kecil.
Ferdinand memberi tantangan kepada Novel Baswedan agar bisa mengungkap aliran uang pembayaran komitmen penyelenggaraan (commitment fee) Formula E Rp.560 miliar yang kadung dibayar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pada APBD 2019, Pemprov DKI membayar commitment fee sebesar Rp360 miliar untuk pelaksanaan Formula E tahun 2020. Sementara itu, pada APBD 2020 juga telah dibayarkan commitment fee sebesar Rp200 miliar untuk pelaksanaan Formula E pada 2021.
"Semoga KPK, bung Novel Baswedan juga memimpin timnya turun ke Pemprov DKI Jakarta memeriksa aliran uang fee E Formula Rp.560 M yang raib merugikan negara. Ini korupsi," ungkap Ferdinand.
Ferdinand mengaku senang dengan penangkapan Edhy Prabowo. Tetapi lain sisi dia menilai KPK seolah diam dengan dengan fee E-Formula.
"Saya politisi, maka saya lebiah suka melihat penangkapan EP Menteri KKP yang orang paling dekat @prabowo secara politik," kata Ferdinand.
"Novel Baswedan memimpin timnya fokus pada korupsi ecek-ecek suap tapi diam tentang fee e-formula ratusan milliar yang nyata-nyata raib tanpa hasil. Siapa yang diuntungkan secara politik?" sambung dia. (dal/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com