News . 23/11/2020, 09:42 WIB
JAKARTA – Sejak kepulangannya ke Indonesia, Habib Rizieq Shihab (HRS) terus menjadi pemberitaan sejumlah media. Beberapa tokoh dan pengamat ikut memberikan komentar. Yang teranyar, pernyataan Jusuf Kalla (JK) yang menyebut kosongnya kepemimpinan penyerap aspirasi.
Pengamat Politik Ujang Komarudin kepada Fajar Indonesia Network merespon pernyataan mantan Wakil Presiden tersebut. Pemeritah diminta segera berbenah. Ada beberapa alasan yang mendasari. Pertama, kurangnya sosok pemimpin yang mengakomodir aspirasi rakyat.
Akademisi Universitas Al Azhar Indonesia ini melanjutkan, berkaca dari disahkannya revisi UU KPK yang sempat ditolak mahasiswa. Padahal, aksi penolakan terbilang cukup gencar. Bukan cuma di Jakarta. Di beberapa daerah aksi unjuk rasa juga bergejolak.
“Sekarang mau demo ke DPR tidak didengar, ke pemerintah juga sama. Bisa dibilang aspirasi rakyat tidak didengar. Nah, dengan datangnya HRS, rakyat seakan memiliki sosok baru sebagai penampung aspirasi,” kata Ujang, Minggu (22/11).
Direktur Indonesia Political Review ini juga menyoroti minimnya oposisi di pemerintahan Jokowi di periode kedua. Lawan politik yang sebelumnya keras mengkritik, justru masuk ke dalam koalisi. Ujang menilai, HRS bisa dikatakan tokoh oposisi non parlemen.
“Kurangnya check and balance menjadi kekhawatiran rakyat. Di DPR, bisa dibilang sangat minim oposisi. Jadi hal inilah yang seakan, HRS menjadi sosok yang diharapkan bisa mengisi kekosongan penyerap aspirasi,” bebernya.
Soal penyerapan aspirasi, JK mengatakan jika masyarakat justru mencari alternatif yang berani menyuarakan keinginan rakyat. Menurutnya, hal ini harus ada perbaikan dari sisi demokrasi di Indonesia.
Bukan hanya eksekutif dan legislatif. Evaluasi juga harus dilakukan partai islam. Jika situasi ini terus berlarut, dikhawatirkan bisa mengubah sistem demokrasi Indonesia.
“Inilah evaluasi dan harus kita berikan. Harus kita pelajari bahwa kita bicara tentang kegagalan demokrasi zaman terpimpin. Kegagalan demokrasi pancasila. Juga masalah proses yang harus diperbaiki dewasa ini, sehingga jangan kembali ke demokrasi jalanan,” katanya.
Ia menegaskan, JK tidak memiliki hubungan sama-sekali terkait dengan kepulangan HRS. "Saya ingin menegaskan, Jusuf Kalla, tidak punya sangkut paut dengan kepulangan Habib Rizieq Shihab. Pak JK tidak pernah mengkomunikasikan atau pun mendanai kepulangan HRS," kata Husain.
Menurutnya, JK ke Vatikan dan Mekkah bukan untuk menjemput HRS. JK menemui Pemimpin Umat Khatolik Paus Fransiskus dalam rangka penjurian pemberian gelar Sayeed Award for Human and Fraternity, yang digagas Paus Fransiskus dengan Imam Besar Al-Azhar Syeikh Ahmad Al Tayeb.
"Bersama 4 juri dari benua berbeda merasa perlu bertemu langsung dan berdiskusi tentang kriteria nominator untuk penghargaan ini. Setelah bertemu Paus Fransiskus di Vatikan, Pak JK melanjutkan perjalanan ke Riyadh Saudi Arabia, menyaksikan penandatanganan perjanjian kerja sama Pembangunan Museum Rasulullah Muhammad SAW yang akan dibangun di Jakarta," ungkap Husain.
Usai pendatanganan, JK melanjutkan ibadah umrah ke Mekkah dengan protokol kesehatan ketat. Dia menjelaskan perjalanan JK adalah murni misi kemanusiaan dan ibadah. "Tidak bersangkut paut dengan kepulangan HRS, apalagi politik dalam negeri, apalagi 2024," tegasnya. (khf/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com