News . 20/11/2020, 04:33 WIB
MAKASSAR — Sejumlah sekolah mulai melakukan simulasi sebagai persiapan proses belajar secara tatap muka untuk tingkat SMA dan SMK. Termasuk untuk wilayah Makassar.
Salah satu yang melakukan simulasi adalah SMA Negeri 10 Makassar. Ada 18 siswa yang melakukan uji coba penerapan protokol kesehatan. Saat tiba, siswa dijemput oleh guru di pintu gerbang sekolah. Sebelumnya, mereka diwajibkan memakai masker.
Sebelum masuk ke ruang kelas, ada proses cuci tangan hingga pengecekan suhu tubuh. Siswa yang suhu tubuhnya diatas 37,3 derajat celsius langsung diminta pulang. Jika dibawah standar tersebut, dipersilakan masuk.
Siswa pun berbaris, dengan jarak masing-masing sekitar satu meter. Mereka teratur masuk dalam kelas. Maklum, karena baru proses simulasi, hanya satu ruang kelas yang digunakan.
Proses belajar mengajar pun tak berlangsung lama. Jika satu hari menghabiskan 8 sampai 10 jam, kini 5 jam saja. Hanya 2 sampai 3 mata pelajaran saja yang diberikan oleh guru. Tak ada waktu istirahat, kantin juga dilarang buka.
Kepala SMAN 10 Makassar, Husaefah Hasan mengatakan, tahapan ini merupakan persiapan untuk memulai prosesi belajar secara tatap muka. Makanya, simulasi dilakukan agar ada evaluasi atas proses pembelajaran yang akan berjalan.
Dia mengatakan, memang perpanjangan masa belajar di rumah masih dilanjutkan hingga 3 Desember mendatang. Akan tetapi, sekolah mempersiapkan fasilitas. Seperti tempat cuci tangan tiap kelas, hand sanitizer, hingga kelengkapan lain.
Sebelum proses belajar mengajar dimulai, pihaknya juga akan tetap meminta pertimbangan orang tua siswa. Tetapi jika melihat respons sementara, para orang tua juga ingin anaknya mulai beraktivitas di sekolah.
Memang, kata dia, belajar tatap muka kali ini akan berbeda dengan kondisi normal. Jumlah siswa dibatasi dengan sistem shift. Sebanyak 18 siswa yang akan masuk pagi dan siang hari, dan 18 orang dari setiap kelas akan masuk sore.
Kebetulan di sekolahnya ada 30 kelas dengan jumlah siswa mencapai 1.000 orang lebih. "Kalau belum memungkinkan, belajar tatap muka nantinya untuk tingkatan tertentu dulu. Misalnya untuk kelas XII yang sudah mau selesai," dia mengimbuh seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup).
"Kami juga upayakan ada tes. Tetapi tahap awal ini kami mau tes Covid-19 dulu untuk tenaga pengajar dan pegawai. Jadi bukan cuma siswa tetapi guru juga jadi perhatian kita. Kemudian siswa setelah belajar langsung pulang,” tambahnya.
Siswa kelas XI MIPA 7, Muh Rifqi Fadhil (16) mengaku sudah bosan dengan sistem belajar secara daring. Pasalnya, dia dan teman-temannya kesulitan menyerap mata pelajaran jika tak berkomunikasi langsung dengan guru.
Dia berharap aktivitas belajar tatap muka segera berjalan. "Kalau untuk kejar nilai, tidak ada masalah. Tetapi yang kami kejar ini ilmu pengetahuan. Lagian kalau tidak sekolah, uang jajan juga berkurang. Karena kita cuma di rumah," tambahnya.
Soal Covid-19 tentu dirinya khawatir. Akan tetapi selama semua dilakukan dengan protokol kesehatan, kesempatan untuk tertular sangat kecil. "Covid-19 memang benar adanya. Tetapi jangan sampai, kita juga hanya berdiam diri saja,” tambahnya.
Siswa XII Mipa 4 Octavania Sakti Patandung (17) juga berpandangan sama. "Kalau sistem daring kami biasanya mudah mengantuk. Justru lebih banyak istirahat. Makanya lebih baik kalau sudah mulai tatap muka," tambahnya.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com