News . 07/11/2020, 10:27 WIB
JAKARTA – Persoalan kekurangan air bersih akibat kekeringan secara angka panjang tentu memunculkan dampak kesehatan yang tidak bisa dianggap remeh. Dan bagi sejumlah wilayah di Indonesia yang memiliki curah hujan rendah itu kerap sekali mengalaminya, seperti halnya yang terjadi di Kabupaten Sumbawa di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Namun mirisnya, kekeringan yang terjadi di Sumbawa setiap tahunnya tidak pernah kunjung berakhir dan sangat rawan menjadi sarang dari penyakit berbahaya. Terkait hal itu,Praktisi Kesehatan Penyakit Dalam, dr Ari Fahrial Syam mengingatkan, kekeringan bisa saja memunculkan penyakit diare, sebab keterbatasan mendapat air dengan kualitas yang baik.
Hanya saja, dirinya menilai, kasus-kasus diare di daerah itu memang harus dilihat penyebabnya, karena sanitasi yang buruk pun bisa juga menjadi penyebab diare.
"Artinya, sumber dari virus itu juga larinya dari makanan dan minuman. Jadi, kalau makanan kita konsumsi itu tercemar tentu menjadi infeksi, begitu pun minuman bila tercemar akan menjadi infeksi pula," tuturnya, Jumat (6/11).
Sesuai data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa mencatat, 42 desa yang tersebar di 17 kecamatan itu kerap mengalami krisis air bersih saat ini, dan akibatkan warga kekurangan air bersih.
Disamping itu, masalah yang sudah menahun terjadi di wilayah tersebut berbanding lurus jumlah dari kasus diare yang terbilang tinggi, dimana berdasarkan Profil Kesehatan NTB tahun 2019, mencatat puskesmas dan RS di Kabupaten menangani 11.439 kasus diare pada semua umur dan 4.331 kasus diare balita.
"Melihat kondisi ini, pada prinsipnya pemerintah baik pusat dan daerah mesti identifikasi masalah diare ini dulu apa penyebabnya," ungkapnya.
Terpisah, Anggota DPRD Provinsi NTB dari Fraksi Gerindra, H Talib mengaku prihatin dengan sejumlah desa yang dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih. Dia pun secara tegas meminta kepada Pemerintah untuk tanggap, karena air bersih ini merupakan salah satu kebutuhan dasar yang penting bagi kehidupan.
Dirinya pun menyampaikan, untuk desa-desa yang dilanda kekurangan air bersih diminta agar mengajukan proposal, sehingga dapat dibantu oleh pemerintah provinsi.
#Masalah Infrastruktur Picu Krisis Air Bersih
Menurut H Talib, persoalan besar yang dihadapi daerah itu akibat dari kurangnya infrastruktur. Kalau pun infrastruktur bagus, maka dia yakin air dapat didatangkan.
Senada, seorang tokoh masyarakat Kecamatan Lopok, Kabupaten Sumbawa, Edwan mengakui, solusi dari masalah kekeringan ini adalah menambah jumlah sumur bor dan infrastrukturnya. Hal ini, disebabkan kondisi kapasitas pipa di daerahnya masih terbilang kurang memadai.
Menanggapi persoalan dan keluhan itu, Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati (Cabup-Cawabup) Kab Sumbawa, Jarot-Mokhlis berikhtiar akan memperbaiki dan melengkapi infrastruktur. Mereka sangat ingin persoalan atas kebutuhan air bersih dapat dipenuhi secara merata.
"Kedepan, jika kami jadi memimpin Sumbawa, maka salah satu yang akan menjadi perhatian kami yaitu ketersediaan air bersih bagi warga 42 Desa yang ada di 17 kecamatan, supaya tak mengalami kekeringan setiap tahunnya," tutur Calon Bupati Sumbawa, H Jarot, di Kecamatan Terano.
Dia menjelaskan, salah satu cara yang dapat dilakukan pihaknya itu adalah dengan melengkapi dan menambah jumlah dan kapasitas pipa air, serta penambahan jumlah sumur dan juga kedalamannya pun perlu dilakukan. Kedalaman sumur dari yang saat ini, sekitar 30 meter menjadi 50 sampai 80 meter.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com