Kapal di Merak Kebanyakan, Pengusaha Merugi

fin.co.id - 13/10/2020, 05:00 WIB

Kapal di Merak Kebanyakan, Pengusaha Merugi

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

CILEGON - Jumlah kapal di lintasan penyeberangan Merak-Bakauheni saat ada 74 kapal yang mengantongi izin operasi. Jumlah itu dinilai terlalu banyak dan merugikan para pengusaha kapal, lantaran jadwal berlayar semakin berkurang.

Kelebihan jumlah kapal di lintasan Merak-Bakauheni menjadi sorotan Dirjen Perhubungan Darat (Hubdat) Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (Kemenhub RI) Budi Setiyadi disela-sela peresmian dermaga IV Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Senin (12/10). Budi mengatakan, jumlah 74 unit kapal dinilai terlalu banyak. Ia berharap beberapa kapal bisa pindah lintasan ke penyeberangan lain.

“Kami berharap yang di penyeberangan Merak-Bakauheni itu kalau dermaga regular kecepatannya bisa 10 knot, dan di dermaga premium kecepatannya bisa 15 knot. Jadi (kapal) yang speknya tidak sesuai untuk disesuaikan, dan kami berupaya mencarikan lintasan baru untuk yang tidak sesuai,” kata Budi seperti dikutip dari Banten Raya Pos (Fajar Indonesia Network Grup).

BACA JUGA:  KemenkopUKM Tumbuhkan Kewirausahaan di Kalangan Pemuda Papua

Dia menjelaskan, kelebihan kapal membuat dirinya saat ini sudah menghentikan atau melakukan moratorium izin kapal penyeberangan di lintasan Merak-Bakauheni. Muatan di kapal di Pelabuhan Merak-Bakauheni saat ini masih di bawah 50 persen kapasitas kapal yang ada, sehingga tidak perlu lagi ditambah kapal.

“Kalau load factor (faktor muatan) sudah melebihi 50 persen, baru bisa kita berikan izin lagi untuk kapal baru masuk, sekarang tidak bisa ada kapal baru masuk. Itu kelebihan kapal karena perizinannya yang dulu,” ujarnya.

Meski jumlah kapal sudah terlalu banyak, Budi berharap jumlah tersebut bisa menjadi antisipasi kepadatan penyeberangan di hari-hari besar atau masa libur panjang. Saat ini, kendaraan yang menyeberang di Pelabuhan Merak rata-rata 1.500 kendaraan per hari. Ditambah lagi, dengan telah tersambungnya tol dari Bakauheni ke Palembang, diharap bisa meningkatkan okupansi kapal.

BACA JUGA:  Dukung Kemajuan Infrastruktur, Brantas Abipraya Kantongi Dua Proyek Baru

“Data kami pada 2018, 2019 dan 2020 terus mengalami peningkatan, meski tidak signifikan, kami berharap dengan adanya tol Trans Sumatera dan pengembangan wisata di Lampung bisa menambah okupansi kapal,” harapnya.

Menurut Budi, dengan telah diresmikannnya dermaga IV Pelabuhan Merak dan Bakauheni bisa mengurangi antrean kendaraan di masa libur panjang.

“Saat ini ada tiga lintasan yang menjadi perhatian kami dan akan terus kami kembangkan yaitu Merak-Bakauheni, Ketapang-Gilimanuk dan Padangbai-Lembar. Tiga lintasan itu cukup gemuk kapalnya,” tuturnya.

Di tempat yang sama, Direktur PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry Cabang Merak Ira Puspadewi mengatakan, dermaga IV Merak dan Bakauheni telah mangkrak selama 18 tahun. Dermaga tersebut awalnya dikelola oleh swasta, namun karena ketidakmampuan untuk perawatan akhirinya diperbaiki oleh PT ASDP Indonesia Ferry pada 2019 lalu.

BACA JUGA:  Resmi Mundur dari Demokrat, Ferdinand: Terima Kasih Pak SBY, Maaf Jika Saya Punya Salah

“Setahun sudah jadi diresmsikan dan kini Pelabuhan Merak-Bakauheni punya tujuh pasang dermaga,” katanya.

Perbaikan Dermaga IV Merak dan Bakauheni, kata Ira, menghabiskan biaya sekitar Rp 379 miliar. Dermaga tersebut diharap bisa dijaga bersama oleh operator pelabuhan maupun operator kapal. Dengan bertambahnya satu pasang dermaga, kapasitas perjalanan kapal per hari dari 140 trip bisa menjadi 160 trip. “Ini akan menambah kapasitas angkut karena bertambah 20 trip per hari,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) Merak Aminudin membenarkan jumlah kapal di Pelabuhan Merak-Bakauheni saat ini sudah terlalu banyak. Dari 74 kapal yang ada, idealnya hanya 54 kapal yang beroperasi. “Betul kata Pak Dirjen, itu kebijakan yang dulu yang membuat kapal terlalu banyak. Pak Dirjen sudah sepakat melakukan moratorium izin kapal baru di lintasan Merak-Bakauheni,” ujarnya.

BACA JUGA:  Ferdinand Mundur dari Demokrat, Denny Siregar: Selamat Datang di Dunia Hati Nurani Bro…

Aminudin menjelaskan, dalam satu bulan saat ini hanya 70 trip dalam sebulan karena jadwal berlayar harus dibagi. Padahal, idealnya satu kapal sampai 140 trip sebulan. Sehingga, biaya operasional tidak sebanding dengan pemasukan. Bahkan dimasa pandemi Covid-19, para pengusaha kesulitan keuangan.

“Persentase kalau kurang dari 60 kapasitas kapal kita mengalami kerugian. Saat ini yang diangkut di bawah 50 persen. Biaya operasional kapal sebulan sekitar Rp 1,5 miliar, pendapatan juga kurang dari Rp 2 miliar dari dulunya bisa mencapai Rp 2,5 miliar. Itu belum untuk kebutuhan perusahaan yang lainnya, karena kebutuhan perusahaan bukan hanya operasional kapal, gaji pegawai, maintenance kapal dan sebagainya, kita lagi pada kesulitan,” ungkapnya.

Sementara untuk memindahkan kapal ke lintasan lain belum tentu bisa. Sebab, kapal yang dibangun sudah disesuaikan dengan karakteristik pelabuhan. Jadi ditempatkan di pelabuhan lain belum tentu bisa. “Kapal ini dibangun sesuai dengan karakteristik pelabuhan, tidak bisa dialihkan ke penyeberangan lain,” tutupnya. (gillang/rahmat)

Admin
Penulis