Rocky Gerung: Beda dengan SBY, Pidato Jokowi Tidak Menyatu dengan Bahasa Tubuh

fin.co.id - 25/09/2020, 20:55 WIB

Rocky Gerung: Beda dengan SBY, Pidato Jokowi Tidak Menyatu dengan Bahasa Tubuh

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA- Pengamat Politik, Rocky Gerung menilai, ada perbedaan mencolok antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), ketika memberikan pidato di sidang umum majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Rocky Gerung menganggap apa yang disampaikan Jokowi tidak menyatu dengan bahasa tubuhnya. Berbeda dengan SBY, apa yang disampaikannya, kalimat dan keseriusannya menyatu dengan bahasa tubuhnya.

"Presiden SBY biasa dengan keseriusan, kalimatnya dia pilih sendiri, pidatonya yang pasti dia tulis sendiri, dan itu menyatu dengan bahasa tubuhnya. Presiden Jokowi tidak menyatu dengan bahasa tubuhnya, jadi tekanannya ngga terlihat, apalagi kalau dibandingkan dengan Bungkarno setiap kata itu dimaksudkan terarah gitu."Ucap Roky Gerung di chanel Youtube Rocky Gerung Official, Jumat (25/9).

Menurut Rocky Gerung, apa yang disampaikan Jokowi tidak lebih dari sekedar melaporkan satu keadaan. Menurut dosen filsafat ini, tidak ada yang istimewah dengan pidato Jokowi. Sebab Jokowi tidak singgung soal perubahan peta politik di Timur Tengah.

"Presiden ngga singgung soal Cina Selatan, Presiden ngga singgung soal perubahan politik di Timur Tengah karena Israel berdamai dengan Arab, lalu merubah peta politik segala macam itu, dan itu sebenarnya yang ingin dilihat orang. Presiden sebenarnya dalam pidato itu melaporkan keadaan, lalu ditambahin bumbu sejarah Asia Afrika, Palestina yang sebenarnya itu sudah menjadi fakta," papar Rocky Gerung.

Rocky menganggap, Jokowi tidak punya pengetahuan yang memadai tentang politik global. "Jadi ngga terlihat bahwa beliau punya pengetahuan tentang global poltik," ujar Rocky.

Rocky bilang, Jokowi seharusnya memaparkan soal perubahan catur politik Timur Tengah yang mana negara-nagara Arab memilih berdamai dengan Israel untuk kepentingan akses persenjataan dari Amerika.

"Yang begituan semestinya menjadi poin dalam upaya untuk memberi warnah pada politik dunia melalui prespektif Indonesia. Kalau hanya bicara hal yang biasa ya apa poinnya." Katanya.

"Jadi kelihatan bahwa Presiden ga paham, dan yang siapin pidato juga tidak mau untuk yang lebih tinggi karena bisa jandi konsekuensi kalau Presiden bicara hal-hal yang terlalu strategis dan politik, dia bisa dibully, karena akan diminta proxinya mana tuh." Pungkas Rocky Gerung. (dal/fin)

Admin
Penulis