News . 25/09/2020, 11:00 WIB
JAKARTA - Indonesia dipastikan mengalami resesi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2020 akan berada di minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen. DPR menilai dampak resesi ekonomi di Indonesia tidak akan berkepanjangan. Asal, pemerintah terus mengakselarasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Terutama penyaluran jaring pengaman sosial dan membangkitkan UMKM.
“Apabila Indonesia resesi, kontraksi terhadap keseluruhan indikator perekonomian tidak lama. Pertumbuhan ekonomi di kuartal III bisa mencapai minus 1,92 persen," kata Ketua Komisi XI DPR Dito Ganinduto di Jakarta, Kamis (24/9).
Menurutnya , meski proyeksi pemerintah soal pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali minus di kuartal III, namun lebih baik dibandingkan dengan kuartal II yang terkontraksi hingga minus 5,23 persen. “Ini menunjukkan di kuartal III ada momentum perbaikan perekonomian meskipun masih negatif,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan Ketua DPP Asosiasi Koperasi Simpan Pinjam Indonesia (Askopindo) Frans Meroga Panggabean. Dia mengatakan pemerintah harus menunjukkan komitmen yang kongkrit. Yakni memulihkan ekonomi dengan membangun ekonomi kerakyatan.
"Dalam hal ini sektor riil. Yaitu pelaku UMKM, pekerja informal dan koperasi. Fakta menunjukkan 60 persen komponen Produk Domestik Bruto (PDB) adalah konsumsi masyarakat. Berarti tetap terjaganya daya beli masyarakat adalah prioritas utama,” kata Frans di Jakarta, Kamis (24/9).
Pemerintah disarankan melakukan penempatan dana kepada koperasi. Karena jika ada alokasi penempatan dana ke koperasi, diyakini minimal 5 juta pelaku UMKM yang selama ini belum bankable dapat dijangkau. “Walaupun nanti pasti akan ada persyaratan dan kualifikasi. Tetapi itu akan memacu dan menggerakkan koperasi," ucapnya.
Menurutnya, pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak adalah penguatan modal untuk memulai kembali usaha setelah hampir 6 bulan berhenti.
Ia ingin menjadikan koperasi sebagai jurus terakhir menyelamatkan kondisi ekonomi agar terhindar dari resesi yang dalam. “Kalaupun tetap terjadi resesi, Indonesia harus siap untuk rebound di tahun 2021. Yakni mengandalkan ekonomi kerakyatan secara kongkrit melalui koperasi," urainya.
Terpisah, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira,mengatakan konsep stimulus pemerintah sebaiknya bukan lagi hanya pada perbankan. Tetapi disalurkan kepada koperasi. Tujuannya untuk menjaring masyarakat yang belum tersentuh bank.
"Dari awal stimulus pemerintah idealnya tidak terfokus hanya pada perbankan. Misalnya penempatan dana restrukturisasi kredit. Penyaluran bantuan produktif sektor UMKM pun lewat bank. Padahal sangat jelas sebelum pandemi, sektor UMKM masuk dalam kategori belum bankable alias tidak layak mendapat pinjaman bank," jelas Bhima.
Ia menyarankan perubahan konsep. Yakni sektor riil yang harus diselamatkan terlebih dulu. “Kalau mau membantu UMKM idealnya harus lewat koperasi. Itu akan jauh lebih efektif. Anggaran subsidi bunga yang cairnya 7,2 persen bisa digeser menjadi bantuan modal untuk usaha mikro dan ultra mikro melalui koperasi. Karena masih banyak UMKM yang belum mendapatkan bantuan,” terangnya.(rh/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com