TASIK - Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Tasikmalaya melaksanakan Webinar Edukasi Ekonomi dan Keuangan Syariah (EKsyar) via Zoom Meeting, Selasa (22/9). Webinar diikuti pengurus Pondok Pesantren di Tasikmalaya dan sekitarnya.
Ketua Umum MES Tasikmalaya Prof Dr H Kartawan SE MP mengatakan, literasi dan inklusi ekonomi syariah di Tasikmalaya masih harus terus didorong. Terlebih ekonomi syariah ini punya banyak kelebihan dan bisa jadi solusi di tengah goncangan ekonomi saat ini yang disebabkan adanya pandemi Covid-19.
Prof Kartawan menjelaskan, karakteristik ekonomi syariah itu adil, tumbuh sepadan, bermoral dan beradab. Sehingga dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara sesuai dengan prinsip syariat Islam, baik dalam urusan perbankan, perdagangan, pertukaran, dan lainnya.
"Untuk itu MES gencar menyosialisasikan nilai-nilai ekonomi Islam yang menjunjung tinggi keadilan untuk kaum muslim dan non muslim, kerja sama, dan keseimbangan," katanya kepada Radar Tasikmalaya (Fajar Indonesia Network Grup), Selasa (22/9).
BACA JUGA: Tingkatkan Produksi Pertanian di Malang, Ditjen PSP Kementan Bangun Embung
Sistem ekonomi syariah ini, kata ia, mengarahkan pelaku pasar untuk memiliki moral Islam. Dengan begitu mampu mentransformasikan rasa kepuasan dan keuntungan untuk kemaslahatan umat. "Aturan ekonomi yang baik itu meniru langsung Rasulullah SAW yang selalu mengaplikasikan nilai-nilai Islam," ujarnya.Ekonomi syariah ini berpotensi besar di Tasikmalaya yang notabene sebagai daerah dengan sebutan seribu pesantren. Maka pesantren ini memiliki potensi yang luar biasa dalam memasyarakatkan ekonomi syariah.
Untuk itu, melalui webinar ini MES melakukan edukasi kepada Pondok Pesantren di (Ponpes) Tasikmalaya agar dapat selalu kuat dan mandiri. Karena memiliki "Jika Ponpes ini memiliki wirausaha syariah akan bermanfaat untuk kesejahteraan umat di sekitarnya," katanya.
Wirausaha syariah ini mampu mengurangi pengangguran karena memiliki konsep tolong menolong dan mengerjakan berjamaah atau kerja sama. "Jadi semakin banyak yang mengerjakan akan memberikan barokah dan menghindari kegiatan ekonomi yang dilarang oleh agama," ujarnya.
BACA JUGA: Nathalie Holscher Resmi Masuk Islam: Allah SWT Lembutkan Hati Saya
Ketua KPw BI Tasikmalaya Darjana mengatakan, ekonomi syariah telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Faktor pendorongnya antara lain pertumbuhan penduduk muda muslim yang banyak, pertumbuhan cepat dan tinggi hingga pengembangan pasar produk halal."Oleh karena itu, kita menerapkan program EKsyar BI dalam pemberdayaan usaha pesantren. Selain itu ada halal value chain untuk pertanian terintegrasi, makanan, fesyen, wisata halal, energi baru dan terbarukan," katanya.
Lanjutnya, melalui webinar Bank Indonesia ingin memotivasi pimpinan pesantren di Tasikmalaya dan sekitarnya agar mampu mengembangkan ekonomi syariah sehingga mampu bersaing dengan negara lainnya. Sebagai contoh, Tiongkok jadi pengekspor baju muslim tertinggi ke Timur Tengah, Inggris sebagai pusat keuangan syariah di Barat, Brasil sebagai pemasok daging unggas halal terbesar ke Timur Tengah. Maka Indonesia harus bisa jadi pusat pengembangan ekonomi syariah.
BACA JUGA: Engga Pakai Bra, Deddy Corbuzier ke Dinar Candy: Kalau Aku Nafsu Gimana…
"Langkah konkret yang dilakukan BI yakni melakukan program kerja sama dengan pondok pesantren dalam berbagai pengembangan usaha. Misal pengolahan air minum di Ponpes Darussalam Kabupaten Tasikmalaya, warung serba ada di Ponpes Cipasung dan hilirisasi produk pertanian di Suryalaya," ujarnya. Kemudian ada budidaya hidroponik di Ponpes Ar Risalah, dan program pangan mandiri di beberapa ponpes di Priangan Timur.Menurutnya, dengan adanya nilai-nilai ekonomi syariah ini akan memberikan kesejahteraan pada umat.
“Maka untuk menggeliatkan ekonomi syariah ini BI berperan sebagai akselerator, inisiator dan regulator,” katanya. Ia menjelaskan fungsi sebagai akselerator, artinya BI jadi lembaga koordinasi dengan berbagai stakeholder dalam mendorong percepatan program Eksyar; halal value chain, formulasi kurikulum Eksyar dan public campaign di daerah (Fesyair).
Selanjutnya sebagai inisiator dalam memprakarsai inovasi program pengembangan Eksyar. Salah satunya pengembangan islamic social finance seperti zakat care, wakaf care, pemberdayaan ekonomi pesantren dan lainnya. Lalu, regulator ini merumuskan dan menerbitkan ketentuan.
Perwakilan Pemateri sekaligus Dosen Pascasarjana Unsil Dr Yusuf Abdullah menyampaikan, konsep syariah marketing sangatlah penting untuk diterapkan di pondok pesantren sehingga dapat membantu terciptanya masyarakat ekonomi syariah. “Itu sesuai apa yang dicontoh oleh Nabi Muhammad SAW dalam kegiatan berdagangnya," katanya.
Dalam kegiatan ekonomi, pesantren harus memiliki orientasi marketing syariah seperti inovasi, efisiensi, service dan responsibilitas. "Artinya harus melihat perbedaan dan kualitas produk. Misal di pondok menjual air minum, jangan yang biasa saja tapi bisa air minum kesehatan rasa madu," ujarnya
Selanjutnya, memberikan layanan servis prima sehingga akan mendapatkan keuntungan dunia dan akhirat. "Memiliki tanggung jawab dan adil dalam melayani pelanggan baik sepi atau ramai. Sehingga efeknya meningkatkan produktivitas penjualan," katanya. (riz)