News . 16/09/2020, 13:35 WIB
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, neraca perdagangan Indonesia surplus USD2,33 miliar secara bulanan pada Agustus 2020. Namun realisasi tersebut lebih rendah dari Surplus USD3,25 miliar pada Juli 2020.
Hingga Januari-Agustus, total neraca perdagangan surplus USD11,05 miliar. Realisasi ini lebih baik dari defisit USD1,81 miliar pada Januari-Agustus 2019.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, penyebab neraca perdagangan surplus karena nilai ekspor yang mencapai USD13,07 miliar atau turun 4,62 persen dari Juli 2020. Sementara nilai impor mencapai USD10,74 miliar atau naik 2,65 persen dari bulan sebelumnya.
Nilai ekspor migas dipengaruhi kenaikan harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) naik 2,43 persen dari USD40,64 per barel menjadi USD41,63 per barel. Begitu juga harga beberapa komoditas ekspor nonmigas.
Sementara penurunan ekspor nonmigas disumbang oleh ekspor industri pertanian turun 2,37 persen menjadi USD340 juta, industri pengolahan turun 4,91 persen menjadi USD10,73 miliar, dan industri pertambangan 0,28 persen menjadi USD1,39 miliar.
"Maka, total kinerja ekspor non migas masih menopang sekitar 95,32 persen dari total ekspor Indonesia pada bulan lalu," ujarnya di Jakarta, kemarin (15/9).
Secara kumulatif, ekspor Januari-Agustus 2020 sebesar USD103,16 miliar. Kinerja ini turun 6,51 persen dari USD110,35 miliar pada Januari-Agutus 2019.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede sebelumnya memprediksi neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2020 kembali mencetak surplus sebesar USD2,24 miliar.
Meski begitu, kata dia, ekspor Agustus 2020 secara tahunan masih akan terkontraksi pada posisi yang sama dengan Juli 2020, yaitu sebesar minus 9,90 persen. "Sementara, laju impor diperkirakan masih mengalami kontraksi sebesar minus 32,55 persen secara tahunan," ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, kinerja ekspor juga ditopang oleh aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Cina, Jepang, dan Amerika Serikat.
Pun demikian dengan harga komoditas ekspor juga cenderung mengalami kenaikan, seperti minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) yang secara bulanan naik 10,03 persen, dan karet, yang mengalami kenaikan harga hingga 22,63 persen pada Agustus 2020.
Menurut dia, peningkatan surplus pada 2020 memang tidak setinggi pada Juli 2020. Hal ini karena dipengaruhi oleh adanya kenaikan harga minyak dunia yang sebesar 5,81 persen.
"Selain itu, kinerja aktivitas manufaktur domestik yang mengalami peningkatan bisa mendorong kinerja impor nonmigas meskipun masih terbatas," tukasnya. (din/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com