News . 04/09/2020, 11:00 WIB
JAKARTA - Legislator dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera mengatakan penanganan wabah COVID-19 adalah tanggung jawab pemerintah pusat. Terlebih, hingga saat ini grafiknya belum melandai.
“Kita harus katakan jujur. Apa yang terjadi saat ini adalah akumulasi kesalahan penanganan pemerintah pusat sejak awal,” tegas Mardani di Jakarta, Kamis Rabu (3/9).
Menurut Politisi PKS itu pandemi menjadi bencana karena konsepnya salah dari awal. “Mulai PSBB yangg terus menerus diperpanjang berkali-kali namun tidak dapat 100 persen menekan kerumunan dan penularan. Klasternya bahkan menyebar. Seperti pasar, tempat ibadah, pesantren, sekolah akademi, perkantoran bahkan perumahan,” jelasnya.
Seharusnya, lanjut Mardani, Presiden Jokowi mengoptimalkan peran Kemendagri yang bekerjasama dengan Kemenkes dan instansi lain baik pemerintah maupun swasta untuk menggerakkan struktur birokrasi sampai ke level RT/RW. “Kemendagri seharusnya di optimalkan bersamaan dengan Kemenkes untuk menggerakkan infrastruktur kesehatan masyarakat terkecil sampai puskesmas,” ucapnya.
Selanjutnya, permasalahan vital lain adalah keterbatasan anggaran stimulus fisikal. Karena serapannya baru 25 persen dari sekitar Rp 695 Triliun. “Sudah enam bulan krisis ini serapan anggarannya baru 25 persen. Bagaimana tidak rakyat semakin menjerit?” tukas Mardani.
“Adalah salah ketika membebankan penganganan ini diserahkan kepada masing-masing pemda. Mestinya Pemerintah pusat yang ambil penuh,” pungkasnya.
Sementara itu, pandemi COVID-19 telah memicu kontraksi ekonomi dunia. Hal ini seiring kebijakan pembatasan mobilitas manusia secara ketat guna menekan angka penyebaran.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi hingga minus 5,32 persen (yoy) pada Kuartal II-2020. Namun, pada periode yang sama, pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan Vietnam justru tumbuh positif.
Sebenarnya Kuartal I-2020 ekonomi Indonesia masih tumbuh positif sebesar 2,97 persen, tetapi pada kuartal selanjutnya, ekonomi terkontraksi cukup dalam di zona negatif. Walaupun tidak sedalam negara lain yang bahkan mencapai minus 22,1 persen seperti di Spanyol.
Anggota Komisi XI DPR RI, Puteri Anetta Komarudin menilai agar Pemerintah beserta otoritas terkait untuk mewaspadai risiko melambatnya laju investasi pada sektor swasta akibat terserapnya dana masyarakat ke Surat Berharga Negara (SBN), atau crowding out.
Di tengah kondisi pandemi, Pemerintah di seluruh dunia cenderung menempuh kebijakan fiskal yang ekspansif sebagai upaya penanganan wabah. Konsekuensinya, kebutuhan pembiayaan yang tinggi mendorong ditingkatkannya penerbitan surat berharga negara.
Dengan imbal hasil (yield) yang kompetitif dan tingkat risiko yang relatif aman, investor pun cenderung memilih SBN dibandingkan investasi pada sektor swasta. Puteri mendorong dimaksimalkannya fungsi intermediasi perbankan untuk menyalurkan dana pihak ketiga ke sektor riil.
Dia juga menyoroti tingkat imbal hasil (yield) surat berharga Indonesia untuk tenor 10 tahun yang masih cukup tinggi dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang berkisar di level 6,8 persen, per akhir Agustus lalu.
Dengan imbal hasil yang kompetitif ini turut memicu investor untuk memilih berinvestasi pada SBN, sehingga mengalihkan dana yang mengalir ke perbankan dan pasar keuangan. Terlebih, kebutuhan pembiayaan APBN untuk penanganan COVID -19 melalui penerbitan SBN masih cukup tinggi hingga akhir tahun.
“Apabila kepemilikan SBN lebih banyak dikuasai investor domestik, tentu dapat meminimalisir risiko arus modal asing keluar atau capital outflows yang berakibat pada nilai tukar rupiah maupun imbal hasil SBN. Sementara, apabila mengandalkan pembiayaan dari SBN di pasar domestik, tentunya dihadapkan dengan risiko crowding out ini. Maka dari itu, pemerintah harus mewaspadai risiko-risiko tersebut dengan mendorong bauran kebijakan yang hati-hati dan akuntabel dalam pemenuhan pembiayaan anggaran tahun ini,” jelasnya.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com