TIGARAKSA – Memiliki jaminan kesehatan sangat penting, apalagi datangnya sakit itu tidak ada yang tahu. Hal ini yang menyebabkan Syaiful Mustofa (38) tergesa-gesa untuk mengalihkan kepesertaan program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)-nya menjadi peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau yang lebih dikenal sebagai peserta mandiri pada bulan Juni 2019.
Syaeful, yang saat ini kesibukannya menjaga warung, menceritakan sebelumnya ia merupakan peserta Pekerja Penerima Upah (PPU) sampai bulan Mei 2019. Namun setelah ia tidak lagi bekerja di perusahaan, kepesertaannya dinonaktifkan. Ia merasa memiliki jaminan kesehatan itu sangat penting. Bukan tanpa alasan, Syaeful sudah merasakan sendiri bagaimana manfaat Program JKN-KIS.
BACA JUGA: BPJS Kesehatan Tigaraksa Terus Beri Informasi Program JKN-KIS Hingga ke Pelosok
“Bulan September tahun lalu, saya harus menjalani tiga kali tembak laser karena ada batu ginjal. Saya lihat di rincian biayanya, untuk sekali tembak laser itu butuh Rp12 juta. Kalau tidak ada JKN-KIS, saya harus mengeluarkan uang Rp36 juta, itu belum termasuk biaya lainnya, seperti pasang selang, cek ini itu, dan sebagainya. Beruntung saya sudah ada JKN-KIS, sama sekali tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk berobat,” ungkap Syaeful ketika ditemui di rumahnya, Selasa (28/07).
Istri Syaeful, Yulianti, juga menambahkan selama proses pengobatan batu ginjal yang di alami suaminya, mereka harus bolak-balik dari rumah sakit satu ke rumah sakit lainnya karena rumah sakit rujukan pertama tidak memiliki kompetensi untuk melakukan tembak laser. Menurut pasangan suami istri ini, selama mendapatkan pelayanan kesehatan mereka merasa tidak mengalami kesulitan.
BACA JUGA: Mentoring Sebagai Upaya Optimalisasi Penyelenggaraan Program JKN-KIS
“Kami tidak keberatan kalau harus membayar iuran rutin setiap bulannya. Ibaratnya seperti setiap bulan bayar listrik, dua-duanya sama-sama penting. Itulah mengapa waktu itu saya dan suami buru-buru mutasi ke mandiri, untuk jaga-jaga kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mungkin untuk sakit batuk pilek biaya berobatnya masih bisa kami bayar sendiri, tapi kalau sudah sakit seperti yang suami saya alami kemarin, biayanya besar sekali untuk kami bayar sendiri dan harus putar otak untuk mencarinya,” tutur ibu dari dua anak ini.Oleh karena itu, Syaeful dan Yuli sangat bersyukur akan kehadiran Program JKN-KIS dalam hidup mereka dan menanggap ini sebagai salah satu kebutuhan pokok. Mereka pun mengajak masyarakat yang belum menjadi peserta JKN-KIS untuk segera mendaftarkan dirinya supaya jika sewaktu-waktu sakit tidak perlu khawatir dengan biaya yang dikeluarkan. Tak lupa mereka berpesan untuk yang sudah menjadi peserta JKN-KIS, bayar iuran secara rutin dan tepat waktu setiap bulannya agar kepesertaannya selalu aktif.(Adv/Mul/Fin)