News . 01/09/2020, 04:00 WIB
MAKASSAR - Jangan asal gunakan cairan pembersih area kewanitaan. Salah penanganan, wanita bisa alami vaginitis.
Vaginits merupakan infeksi atau inflamasi pada bagian MissV. Biasa disertai rasa gatal, panas, dan keputihan, serta beraroma tak sedap.
Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal Rumah Bersalin Aura Ibu, Dr dr Masita Fujiko SpOG(K) mengatakan, wanita mestinya harus mendapat arahan atau konsultasi dokter ketika menggunakan cairan pembersih di area kewanitaan. Sebab, pada dasarnya komposisi kuman atau bakteri di Miss V juga harus seimbang.
Menurut Masita, penggunaan cairan pembersih sebaiknya digunakan pada periode atau momentum tertentu saja. Seperti setelah melewati fase menstruasi atau setelah berhubungan bagi yang telah menikah. "Intinya rajin membersihkan dan upayakan agar vagina tidak dalam keadaan lembap," terang Masita.
Senada,Spesialis Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Dr dr Isharyah Sunarno SpOG (K) mengatakan, vaginits adalah peradangan organ intim wanita yang disebabkan oleh infeksi bakteri (N Gonorrhoeae, C Trachomatis), virus (Herpes Simplex), jamur (Candidiasis) atau parasit (Trichomonas vaginalis). Pada wanita yang menderita vaginitis, gejalanya berupa keputihan berbau, gatal, nyeri, panas, dan rasa tidak nyaman.
Adanya benda asing juga dapat menyebabkan peradangan; keadaan ini sering terjadi pada pengguna sex toys yang memasukkan alat tertentu ke Miss V. Pada wanita menopause, penyebab vaginitis adalah akibat proses atropi sel-sel mukosa Miss V sehingga menjadi mudah teriritasi. Untuk mengatasi vaginitis maka perlu diketahui dengan pasti penyebabnya, sehingga pengobatan disesuaikan dengan penyebab vaginitis tersebut.
Namun keadaan yang menyebabkan terjadinya vaginits harus dihentikan agar tidak terjadi kekambuhan. Beberapa penyebab vaginitis terjadi akibat penularan secara seksual; sehingga untuk mencegah agar tidak terjadi kekambuhan, maka berganti-ganti pasangan seksual merupakan hal yang harus dihindari. Perlu diperhatikan bahwa virus tertentu dapat memicu terjadinya kanker leher rahim di kemudian hari jika tidak diterapi secara tuntas dan jika terjadi kekambuhan berulang-ulang.
Pada kasus vaginitis yang disebabkan oleh alergi, maka hindari sumber alergennya; misalnya dengan tidak melakukan bilas vagina atau menggunakan alat kontrasepsi lain selain kondom. Untuk menentukan penyebab vaginitis diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang seperti whiff test dengan menggunakan KOH 10persen, kultur yang diambil dari apusan Miss V hingga PCR (Polymerase Chain Reaction). Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut akan mengkonfirmasi penyebab pasti vaginitis. (Ardian)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com