News . 29/08/2020, 05:00 WIB

Tak Ada Solusi Atasi Kelangkaan Pupuk

Penulis : Admin
Editor : Admin

PINRANG - Para petani berteriak. Sudah waktunya padi diberi pupuk. Namun pupuk langka. Para petani dari tiga kecamatan (Lanrisang, Mattiro Bulu, Mattiro Sompe) turun melakukan demonstrasi ke Kantor Bupati Pinrang, karena langkanya pupuk selama dua bulan terakhir.

Namun pemerintah tak punya solusi apa-apa selain meminta petani bersabar. Sebab diklaim sedang mengupayakan permintaan kuota pupuk subsidi ke level pusat. Lalu FAJAR kembali berbincang dengan, Edi Junaidi, salah satu petani di Kecamatan Cempadi Desa Tadampalie. Dia meminta persoalan pupuk harus diseriusi.

"Susah sekali pupuk. Tidak tahu cari dimana. Belum ada solusi sama sekali dari pemerintah," keluhnya seperti dikutip fari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup), Jumat, 28 Agustus.

Edi bilang, mereka hampir kehabisan akal untuk membuat tanaman padinya bisa survive. Salah satu langkah yang ditempuhnya, berharap dari distributor yang menawarkan pupuk dari daerah lain.

BACA JUGA:  Arti Nama Keene Atharrazka Adhitya, Anak Citra Kirana-Rezky Aditya yang Baru Lahir

"Tapi harus permintaan banyak. Sekitar 7 ton baru bisa dapat," sebutnya.

Kepala Dinas Pertanian Dan Hortikultura Kabupaten Pinrang Andi Tjalo Kerrang, melempar persoalan tersebut kepada pemerintah pusat. Dinilainya, kelangkaan terjadi karena kementerian keuangan memangkas dana subsidi untuk pupuk. Lebih jauh ia mengaku, kuota pupuk memang sudah habis. Khususnya pupuk urea.

"Ada sih sebenarnya (pupuk). Ya petani dengan terpaksa harus beralih untuk smentara ke pupuk nonsubsidi khususnya urea," sarannya.

Pemkab sudah mengusulkan penambahan pupuk urea sebanyak 34.347 ton. Namun disetujui hanya 17.865 ton. Lalu untuk SP 36 diminta 14.938 ton, yang diterima 2.039 ton. Sementara pupuk ZA diusulkan 13.654 ton, yang disetujui hanya 2.725 ton.

Sementara di Wajo, Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi di Kabupaten Wajo tidak diterapkan. Permasalah itu sudah berlarut-larut, tak terkendali.

BACA JUGA:  Uang Suap Dibelikan BMW, Jaksa Pinangki Menolak Diperiksa Polisi

Petani Desa Simpellu Kecamatan Pitumpanua, Muksin mengatakan, banyak petani dari beberapa Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) mengeluhkan harga pupuk. Pengecermenjual di atas HET. "Pupuk urea dijual di atas Rp100ribu. Ada juga beli di pengecer lain Rp95ribu," ujarnya.

Sebab, pasca banjir dan ditengah pandemi Covid-19, petani tak memiliki pendapatan lain. Sehingga naiknya harga pupuk disebut membebani petani.

Petani di Soppeng mengeluhkan sulitnya mendapat pupuk bersubsidi jenis urea. Padahal pupuk tersebut sangat diperlukan.

Petani asal Liliriaja, Wahid mengatakan pertumbuhan tanaman padinya terhambat. Ini diakibatkan belum dilakukan pemupukan padahal sudah waktunya.

"Kami sulit mendapatkan pupuk urea. Jenis ini dibutuhkan tanaman padi," kata Wahid. (dir)

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com