Juventus vs Lyon: Nyonya Tua Mengincar Come Back

fin.co.id - 07/08/2020, 08:00 WIB

Juventus vs Lyon: Nyonya Tua Mengincar Come Back

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

TURIN - Kebobolan 38 gol dalam 35 pertandingan. Itulah rekor terburuk pertahanan Juventus dalam sembilan musim terakhir. Kali terakhir mereka kebobolan lebih banyak dari itu hanya terjadi pada musim 2010-2011 ketika finis di peringkat ketujuh klasemen akhir.

Problem ini harus diselesaikan dalam laga melawan Lyon di leg kedua babak 16 besar Liga Champions dini hari nanti (Live Champions TV 2 Pukul 02.00 WIB). Terkait dengan rekor buruk itu, pelatih Maurizio Sarri punya jawaban. ”Kami kena hukuman penalti 12 kali. Itu tidak biasa untuk klub besar. Terlalu sering kena penalti secara umum. Ini rekor,” keluh mantan pelatih Napoli dan Chelsea tersebut.

Namun dalam laga melawan Lyon akan berbeda. Di leg pertama saat bertandang ke Parc Olympique Lyonnais, Februari lalu, Juventus takluk 0-1. Gol tunggal Lyon dicetak oleh Lucas Tousart menit 31. Juventus berada dalam kondisi yang cukup sulit. Namun, di atas kertas, ini tak sesulit musim sebelumnya. Juventus memang sukses dalam urusan ”comeback”.

Pada babak 16 besar Liga Champions musim lalu, Juventus harus mengakui keunggulan 0-2 di kandang Atletico Madrid pada leg pertama. Namun di leg kedua, Juventus menghentikan mimpi rival Real Madrid tersebut usai menang 3-0 lewat hat-trick Cristiano Ronaldo pada leg kedua di Allianz Stadium,Turin.

Berkaca dari pengalaman tersebut, dengan selisih agregat sementara cuma 0-1 bukan perkara sulit bagiPaulo Dybala dkk. Di sisi lain, sang lawan tak sekuat Atletico musim lalu, Juventus diyakini berpeluang menang dan lolos ke perempat final.

Faktanya, Juventus selalu menguasai lapangan meski berada di kandang lawan. Dari data Whoscored, Juventus dominan dalam penguasaan penguasaan bola (63,7 persen) dibandingkan tuan rumah yang hanya punya 36,3 persen pada leg pertama di Perancis.

Kalah agregat 1-0 membuat peraih dua trofi Liga Champions harus kerja ekstra keras di markas sendiri. Jika sampai gagal menyingkirkan Lyon, maka usaha Bianconeri menjadi raksasa Eropa bakal lebih lama lagi.

Tentunya gelar sang finalis justru membuat Juventus tersudut. Ya, dari kesuksesan mereka masuk ke 9 final Liga Champions, 7 kalinya berakhir dengan status runner up. Di sisi lain, Si Nyonya Tua tidak dalam kondisi baik-baik saja. Di sector lini serang, Maurizio Sarri harus mengistirahatkan Paulo Dybala dan Cristiano Ronaldo pada laga pemungkas versus AS Roma. Ini berarti ada rotasi yang bisa dilakukan Sarri untuk menggempur lini depan Lyon.

”Kami wajib mempertimbangkan sosok penyerang yang akan turun meladeni calon lawan (Lyon). Apalagi laga dimulai dengan 0-1, ini sangat sulit," ujar Sarri, dikutip laman resmi klub, Minggu (1/8) lalu.

Di sisi lain, Lyon punya harapan lolos ke 8 besar kendati bermain di kandang lawan. Superioritas Juventus sepertinya tak berpengaruh kepada mental anak asuh Rudi García. Tentu jika ingin bermain pragmatis, Lyon cukup bermain bertahan saja sembari menunggu waktu laga habis. Namun, bekal bermain ala parkir bus sejatinya harus dikesampingkan dahulu.

Pelatih Lyon Rudi Garcia mengakui bahwa timnya kalah pengalaman di Liga Champions ketimbang tuan rumah. Mereka harus memanfaatkan Juve yang masih beradaptasi dengan gaya menyerang total ala Maurizio Sarri. ”Saya akui mereka masih dalam kondisi kurang baik, tapi mereka adalah yang terkuat,” ujar eks pelatih AS Roma tersebut dilansir dari Sky Sport Italia.

Dirinya pun mengakui, jika Sarri berhasil meracik Juventus dengan benar dan menjelaskan merekan masih yang terbaik.“Sarri sudah melakukannya dengan baik dan menang musim ini, dan sekarang gaya bermainnya dicemooh tapi mereka adalah tim yang terbaik," tandas Garcia. (fin/tgr)

Admin
Penulis