MAKASSAR - Waktunya total untuk menggarap pasar udang internasional. Para pesaing lagi surut produksinya. Sementara di Indonesia masih kencang. Termasuk Sulsel.
Potensi cuan terbuka lebar. Banyak negara, masih belum oke kondisinya. Termasuk India sebagai pengespor udang vaname terbesar di dunia. Masih lockdown. Ini celah, merebut pasar itu.
Tidak main-main sebetulnya, tren produksi udang vaname di Sulsel. Progresnya bagus. Tahun 2013 misalnya, produksi tahunan Sulsel cuma 8.542 ton saja.
Makin ke sini, makin baik. Produksi vaname naik berkali-kali lipat. Tahun lalu mencapai 21.615 ton. Tiga tahun terakhir ini pun, selalu di atas 20 ribuan ton.
"Kalau vaname, yang main di situ cukup banyak sekarang. Swasta rata-rata. Banyak investor yang minat. Di Bulukumba, Jeneponto, Takalar, Maros ada. Daerah lain juga," jelas Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, Sulkaf S Latief seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup), Senin, 20 Juli.
Produksi itu, tak semua untuk konsumsi domestik. Ada juga yang diekspor. Hingga tahun lalu, untuk kategori komoditas udang beku 7.098 ton diekspor kemana-mana. Jepang hingga warga Donald Trump juga kebagian. Nilai ekspornya USD63,9 juta.
Sampai Juni kemarin, volume ekspor udang pun tidak seret meski pandemi. Sudah lebih dari separuh capaian tahun lalu. Volumenya 4.187 ton. Sulkaf punya keyakinan, angka itu akan terus bertambah. Bahkan melebihi torehan tahun lalu.
"Kalau Pak Menteri mau kita agresif. Ya kita kencangkan. Kalau vaname di sini, mulai semi intensif hingga super intensif ada. Kami juga ikut jaga produktifitasnya," bebernya.
Sementara untuk jenis udang windu, juga terus dipacu produksinya. Dari 150 kilo per hektare, sudah dilebarkan targetnya. Telah mencapai 300-500 kilo per hektare. Untuk windu sendiri, pemerintah turun lakukan intervensi. Membuat budidaya percontohan di 10 kabupaten.
"Saya pikir memang, ini peluang kita. Kalau negara lain lagi slow produksinya. Kita di sini, masih oke dan jalan terus," akunya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo, mengaku, melihat cuan di pasar udang internasional. Negara-negara eksportir dinilainya, berada pada kondisi tidak baik produksi udangnya, karena imbas korona.
"Artinya, ada peluang pasar bagi Indonesia. Supaya bisa lebih kencang. Kami ingin, program intensifikasi terus berjalan di tiap daerah," terangnya. (gsa)