MAKASSAR - Banyak negara yang telah melakukan aktivitas fase normal baru. Hanya saja, kondisi itu belum sejalan dengan permintaan barang di luar negeri.
HAL tersebut tercermin pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel yang memperlihatkan menurunya volume ekspor Sulsel. Bahkan, nilai ekspor di Mei merosot 15,47 persen jika dibandingkan April lalu.
Penurunan ini juga diperkuat dengan data Bea Cukai Makassar, bahwa hingga pertengahan Juni nilai devisa ekspor turun 49 persen dari bulan Mei. Seiring dengan itu, nilai impor yang masuk ke Makassar juga menurun.
Ketua Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulsel, Arief R Pabbetingi, mengakui kondisi tersebut akibat dampak Covid-19. Indikasinya jelas, menurunya nilai ekspor yang sejalan dengan menurunnya permintaan negara tujuan ekspor.
Para buyer diakui mengurangi pesanannya. "Karena di masing masing negaranya jalur distribusi untuk dikomsumsi dan diproduksi terlalu besar dibutuhkan," ujarnya seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup), Kamis, 2 Juli.
Namun menurutnya, kondisi ini masih cukup positif. Alasannya, Sulsel masih bisa menjalankan aktivitas ekspor dengan lancar, walaupun volume menurun.
Akan tetapi, jika dibandingkan 2019, penurunan hanya sekira 15, persen saja. "Ini masih sangat positif," katanya.
Kepala BPS Sulsel, Yos Rusdiansyah mengatakan, ada lima negara terbesar yang menjadi tujuan ekspor selama Mei. Kelimanya yakni Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, Vietnam, dan Filipina. (mum)