MAKASSAR - Hasil perikanan Sulsel tetap diminati negara lain, di tengah pandemi Covid-19. Terutama Tiongkok yang membuat ekspor kini mulai kembali agresif.
DINAS Kelautan dan Perikanan Sulsel mencatat, ekspor perikanan periode berjalan triwulan II ini mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan triwulan I lalu. Pada April dan Mei, volumenya mencapai 30.379,3 ton dengan nilai sebesar USD53,9 juta (belum termasuk Juni).
Sementara pada periode Januari hingga Maret hanya mencapai 24.343,7 ton dengan nilai sebesar USD67,1 juta. Secara nilai lebih besar disebabkan pada triwulan I, kurs dolar saat itu menguat pada rupiah.
"Triwulan II ini mulai bagus lagi ekspor, meskipun memang sepenuhnya belum pulih. Akan tetapi kita optimislah ke depan bisa terus meningkat lagi," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, Sulkaf S Latief seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup), kemarin.
Penopang utama tetap didorong oleh komoditi unggulan, seperti rumput laut, udang vannamei, udang windu, tuna, dan gurita. Peningkatan tersebut didominasi permintaan dari negara Tiongkok.
Chief Executive Officer PT Bogatama Marinusa, Tigor Cendarma mengatakan, selama pandemi, negara-negara tujuan ekspor menutup transportasi. Meski menyusut, produk perikanan khususnya produk primer memang masih tetap jalan.
Namun kini, lanjutnya sejumlah negara sudah mulai membuka kran ekspor-impor, terutama negara di Benua Asia. Ekspor ke negara Amerika dan Eropa juga berangsur lancar lagi. "Produk (udang) Sulsel menjadi best seller di Costco, Amerika Serikat. Mulai stabillah," paparnya.
Ketua DPD Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulselbar, Arief R Pabettingi mengatakan, ekspor Sulsel saat ini berangsur membaik. Meskipun secara keseluruhan belum sebaik tahun lalu.
"Produk perikanan Sulsel memiliki kualitas bagus yang disenangi negara lain. Jadi tinggal bagaimana kita menangkap peluangnya, terutama support dari pemerintah," kata Arief. (tam)