JAKARTA - Pandemi COVID-19 berdampak meningkatnya jumlah pengguna narkotika. Stres sebagai salah satu pemicu seseorang menggunakan narkotika.
Psikiater Rumah Sakit Melinda 2 Teddy Hidayat mengatakan pandemi COVID-19 selama beberapa dapat meningkatkan stres seseorang. Pada akhirnya, mereka yang stres menggunakan cara yang salah untuk menyelesaikannya dengan menggunakan narkotika.
"Kondisi ini bisa terjadi karena ada stres, misalnya kena PHK, penghasilan menurun, tidak bisa berdagang akibat Covid-19," katanya, Rabu (24/6).
Akibatnya, banyak individu yang merasa tertekan dan mencari jalan keluar dengan cara yang salah. Yaitu mengonsumsi alkohol, bahkan narkotika.
"Jadi kalau dibilang kasus narkoba naik masuk akal sih karena situasi pandemi ini," ujarnya.
Ia mengatakan sebelum pandemi COVID-19, sudah banyak masyarakat yang mengonsumsi narkoba. Namun, pengguna narkoba semakin bertambah ketika pandemi COVID-19 melanda Indonesia.
Selain pandemi COVID-19, tingkat stres masyarakat naik saat tertimpa bencana alam atau wabah penyakit.
"Jadi sudah rumusnya seperti itu," ujarnya.
Dia menilai, mereka yang stres lalu mengonsumsi narkoba hanya memecahkan masalah dengan cara destruktif. Padahal hal tersebut hanya bersifat sementara dan berpotensi besar menimbulkan masalah baru, yaitu ketergantungan.
"Misalnya dia minum alkohol, sementara waktu dia memang lupa dengan masalahnya, namun setelah alkoholnya habis stresnya kembali lagi," katanya.
Melihat kondisi tersebut, Teddy menyarankan agar individu yang mulai merasakan tekanan dan stres sebaiknya memecahkan masalah dengan cara konstruktif atau melakukan hal-hal positif.
"Sebagai contoh melakukan kegiatan yang menyenangkan, olahraga, makanan bergizi, menjalin komunikasi dengan teman dan sebagainya," katanya.
Meningkatnya jumlah pengguna berbanding lurus dengan tingginya angka penyelundupan narkotika. Terutama dari jalur laut.
Pengamat pertahanan Universitas Paramadina Anton Aliabbas tren penyelundupan narkotika dari luar negeri melalui jalur laut sejak pandemi COVID-19 meningkat.
"Di era pandemi terlihat ada tren menggunakan jalur laut. Memanfaatkan lalu lintas kargo internasional, hanya dua persen pengawasan efektif dilakukan," ujarnya.