News . 30/05/2020, 04:33 WIB
JAKARTA - Lembaga kesehatan duania WHO memperkirakan, bahwa pada puncak gelombang kedua pandemi virus corona (Covid-19) akan menyebabkan lebih banyak kematian.
Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan WHO, Mike Ryan mengatakan gelombang kedua Covid-19 berupa lonjakan kasus mendadak yang bisa membebani sistem perawatan kesehatan, dan kemungkinan menyebabkan lebih banyak kematian.
"Kita mungkin berada di puncak kedua (pandemi) dengan cara ini," kata Mike Ryan seperti dikutip dari CNN, Jumat (29/5).
Menurut WHO, saat ini dunia masih berada dalam gelombang pertama virus corona dan kasus infeksi masih terus meningkat. Angka infeksi ini bisa tiba-tiba melonjak secara signifikan.
Dalam skenario pertama puncak kedua pandemi, kasus-kasus virus corona akan meningkat tajam dan cepat hingga mencapai titik puncak yang baru. Pada gelombang kedua, infeksi bisa diketahui lebih lambat dan berdampak di seluruh dunia dalam waktu berbeda.
Namun pada skenario kedua di mana kurva sudah mulai rata, akan lebih banyak orang terinfeksi virus corona di saat yang sama. Lalu pada saat musim penyakit flu, ini akan membebani sistem perawatan medis.
Direktur departemen kedokteran darurat di Johns Hopkins University, Gabe Kelen mengatakan ketika rumah sakit dan petugas kesehatan kewalahan, ada kemungkinan tinggi untuk mencegah angka kematian.
"Satu-satunya alasan nyata untuk meredam puncak (pandemi) ini adalah mencegah kematian yang bisa dicegah, sehingga sistem perawatan kesehatan dapat menangani semua orang yang membutuhkan (perawatan) dan memberi upaya pemulihan terbaik," kata Kelen.
Itu sebabnya mengapa banyak orang yang membuat data tentang perataan kurva, karena semakin stabil tingkat infeksi, maka akan semakin mudah untuk ditangani.
Puncak kedua pandemi diprediksi akan terjadi selama musim gugur atau di akhir musim dingin, bertepatan dengan musim flu. Namun, jika saat ini banyak negara membuka pembatasan, maka penularan skala besar akan terjadi dan dunia akan kembali memasuki fase awal ketika virus ini menyebar.
WHO menilai, masih ada beberapa titik episentrum virus corona di seluruh dunia yang menyebabkan kekhawatiran meningkatnya kasus. Lonjakan kasus bisa terjadi di awal Juni. Pembukaan pembatasan juga bisa mempengaruhi waktu dan tingkat keparahan infeksi.
Pemimpin teknis tanggapan virus corona WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan pihaknya mencermati peningkatan kasus di Rusia, Afrika, Amerika, beberapa negara di Asia Selatan, dan Eropa.
"(Negara-negara) itu adalah area yang kami khawatirkan karena seperti yang kita ketahui, ketika virus ini memiliki kesempatan untuk benar-benar bertahan, ia bisa tumbuh dengan sangat, sangat cepat," kata Van Kerkhove.
Dia berharap penggunaan vaksin bisa direalisasikan di akhir tahun, tapi hanya jika semua berjalan dengan baik. Saat ini, para ilmuwan bekerja sepanjang waktu meneliti lebih dari 100 vaksin potensial virus corona.
Hingga saat ini, jumlah kasus virus corona di seluruh dunia mencapai 5.909.003 jiwa, 362.081 kematian, dan 2.581.951 dinyatakan sembuh. AS menempati posisi pertama penderita Covid-19 terbanyak dengan total 1.768.461 kasus. (der/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com