News . 04/05/2020, 13:14 WIB
TEMANGGUNG - Panen raya bawang putih tahun ini seperti enam belas tahun silam, selain harganya murah produktivitasnya juga menurun. Hal ini yang menyebabkan petani bawang putih di lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing kapok menanamnya hingga 13 tahun lamanya.
"Bukan hanya sekarang saja tanam bawang putih, belasan tahun silam kurang lebih 16 tahun lalu bawang putih juga menjadi tanaman andalan petani," tutur Giyanto salah satu petani bawang putih di Desa Tuksari Kecamatan Kledung, Minggu (3/5).
Ia menuturkan, bawang putih dulu memang menjadi tanaman andalan setelah panen raya tembakau usai. Harga dan kualitas bawang putih tidak kalah dengan daerah lain.
"Saat itu sangat prihatin, bawang putih hanya dihargai kurang dari Rp500 per kilogram, banyak petani yang sangat merugi saat itu," katanya.
Menurutnya, turunnya harga bawang saat itu juga karena pemerintah mendatangkan bawang putih dari luar negeri alias impor.
"Dari dulu sudah seperti ini, impor datang harga lokal pasti hancur. Tidak hanya pada bawang putih saja, tapi semuanya seperti itu," katanya.
Wagito petani lainnya menuturkan hal yang sama. Bahkan menurutnya, kondisi harga bawang putih saat ini masih lebih murah dibandingkan belasan tahun silam.
Menurutnya kondisi petani bawang putih saat ini sangat memprihatinkan. Di tengah pandemi Covid-19 harga bawang putih semakin redup dan produksinya juga tidak seperti harapan petani.
"Hasil dari petani tidak laku dijual, harga di pasar mahal-mahal. Sekarang ditambah dengan situasi dan kondisi yang tidak mendukung," keluhnya.
"Soalnya ongkos tanam bawang putih itu cukup mahal, nah kalau sekarang saja harganya sudah murah, pasti petani akan merugi sangat banyak. Pemerimtah harus tegas, jika benar-benar dengan rakyat," tukasnya. (set)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com