Penjara Menanti Luka Jovic

fin.co.id - 30/03/2020, 09:23 WIB

Penjara Menanti Luka Jovic

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

MADRID - Luka Jovic yang memilih hengkang dari Madrid ke kampung halamannya, Serbia saat dalam karantina berbuntut panjang. Sejak kepergiannya pada 18 Maret lalu, membuat striker anyar Los Blancos menjadi bahan cercaan warga di kampung halamannya, Beograd. Mereka takut bintang ?rlovi, julukan Timnas Serbia, itu menambah pandemik makin menyebar di sana. Alih-alih mengamankan, Presiden Serbia Aleksandar Vucic ikut memanaskan suasana.

Sang Presiden nampaknya kesal saat mendengar kepergian Jovic hanya untuk menemui kekasihnya, Sofija Milosevic. Ulah Jovic sungguh melukai hati Rakyat Serbia. Ya, warga Serbia tengah dalam kekalutan. Minimnya tenaga medis dan infrastruktur kesehatan membuat mereka harus me-lockdown negera pecahan Yugoslavia tersebut. Mereka kini tengah butuh bantuan setelah 528 warganya positif korona.

Dilansir dari AS, Vucic langsung mengancam Luka Jovic atas tindakan tersebut. Ia menyebut hukuman penjara menjadi hadiah Jovic apabila dia memang bersalah. ’’Sekalipun dia sudah meminta maaf. Sebab, ini demi keselamatan orang banyak,’’ kata Vucic, Sabtu (28/3).

Alasan Jovic boleh saja beralasan kalau dirinya pulang ke Beograd setelah dinyatakan negatif. Namun, aturan di Serbia mewajibkan warga yang baru pulang dari luar negeri, untuk dikarantina selama 14 – 29 hari. Termasuk Jovic, yang baru masuk ke sebuah hotel di Beograd untuk dikarantina mulai 15 Maret lalu itu. ’’Melanggar lagi, dia akan dipenjara,’’ tegas Vucic.

BACA JUGA: Gaji Ronaldo Disunat Empat Bulan

Tak butuh waktu 24 jam, Jovic langsung menyatakan permintaan maafnya. Dilansir dari RTS, EUR 50 ribu atau setara Rp800 juta untuk membeli respirator yang diperlukan otoritas kesehatan Serbia melawan virus korona. "Dirinya (Jovic) tengah dalam tekanan dan meminta maaf atas kecerobohannya tersebut," tulis RTS.

Jovic kini tengah berkonsultasi dengan otoritas kesehatan setempat mengenai siapa saja yang mendapatkan alat tersebut. Dan dengan cara itu, Jovic harus membayar mahal atas perbuatannya. "Dirinya kini menjadi filantropi terbaik dimiliki oleh Serbia.

Kepergian Luka Jovic memang menjadi buah bibir. Melebihi isu kepergian lima pemain Juventus, Cristiano Ronaldo, Gonzalo Higuain, Sami Khedira, dan Miralem Pjanic, yang sama-sama terjadi saat Real Madrid dan Juventus tengah dalam masa karantina 14 hari.

Kendati telah meminta maaf, cercaan untuk Jovic terus berdatangan. Mantan pesepak bola Bulgaria, Dimitar Berbatov, mengkritisi bomber anyar Real itu. ’’Aku juga dari Balkan. Sama seperti dia. Kami memang suka bersenang-senang. Di dalam kasus ini, aku pikir dia harus didisiplinkan lagi,’’ kecam Berbatov, seperti dilansir laman Marca.

Peringatan agar jangan menyepelekan himbauan karantina juga dirasakan mantan pemain Newcastle United, Nolberto Solano. Asisten pelatih timnas Peru itu harus ditahan pihak kepolisian Lima, Peru. Dia dianggap melanggar aturan isolasi diri. Laporan laman Libero menyebut, Solano keluar dari rumahnya untuk berpesta. Polisi bahkan sampai harus memanjat tembok rumah yang dia datangi itu karena tak dibukakan pintu. ’’Di dalam rumah, ditemukan enam orang yang ketika itu sedang berpesta,’’ sebut salah seorang sumber.

Meski begitu, pemain yang menjadi bagian skuad The Magpies memenangi Piala Intertoto 2006 tersebut membantahnya. ’’Perhatikan bajuku. Apa aku sedang berpesta? Jangan salah menuduh. Aku saat itu sedang mengadakan pertemuan di rumah itu, bukannya berpesta,’’ kelit pria berusia 45 tahun itu saat tiba di kantor kepolisian. Beruntung, dia dibebaskan beberapa jam setelahnya. Di Peru, sebanyak 2568 orang melanggar aturan karantina seperti Solano. (dbs/fin/tgr)

Admin
Penulis