News . 21/03/2020, 13:53 WIB
JAKARTA – Seharusnya Polda Lampung merasa malu dan intropeksi diri setelah Tim Satga Pangan Bareskrim Mabes Polri menemukan adanya indikasi penimbunan gula di wilayah tersebut. Penegasan ini disampaikan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane, Sabtu (21/3).
”Seharusnya Polda Lampung merasa malu dan introspeksi. Dan bukannya membantah bahwa di Lampung tidak ada penimbunan gula tapi gula yang ada dan ditemukan Tim Mabes Polri itu merupakan stok gula yang tidak terdata,” tegas Neta S. Pane, kepada Fajar Indonesia Network (FIN).
Baca Juga : Sidak Gabungan, Harga Gula Pasir Melonjak
Bantahan tersebut, sambung Neta, terasa aneh dan bisa menimbulkan polemik. Untuk itu Tim Mabes Polri perlu bersikap transparan, dengan cara mengungkapkan apa yang ditemukan dan laporkan kepada Kapolri.
”Laporkan segera ke Kapolri. Jika benar yg mereka temukan adalah penimbunan gula,” tegasnya.
[caption id="attachment_444982" align="alignleft" width="696"]
FOTO: FAISAL R. SYAM / FAJAR INDONESIA NETWORK.[/caption]
Pada posisi ini, Kapolri pun harus mengevaluasi jajaran Polda Lampung, termasuk kapoldanya. ”Sikap tegas diperlukan agar jajaran kepolisian tidak membiarkan aksi penimbunan bahan pokok, terutama gula, apalagi saat ini harga gula sedang meroket tinggi,” jelasnya.
https://www.youtube.com/watch?v=ETsudM90tis
Pane pun menegaskan, jika fakta dan temuan Tim Satgas Pangan Bareskrim Polri benar adanya, maka Kapolri harus segera mencopot Kapolda Lampung karena bisa dianggap tidak peka dengan situasi di masyarakat dan tidak menjalankan fungsi intelijen hingga penimbunan gula terjadi dan satgas pangan Bareskrim hrs turun ke Lampung.
Baca Juga: Dua Jam, 500 kg Gula Ludes
”Kalau temuan itu benar, Kapolri harus mencopot Kapolda Lampung karena jelas tidak menjalankan fungsinya.Tidak peka dengan situasi!” pinta Neta yang dipertegas lewat pesan WhatsApp.
[caption id="attachment_444984" align="alignleft" width="696"]
Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Nana Sudjana, Direktur Sugar Group Companies Irwan Ang, Warga Palmerah (tengah) Plt Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (PPKUKM) Provinsi DKI Jakarta, Elisabeth Ratu Rante Allo (kedua kiri) dan Kepala Bulog Divisi Regional DKI Jakarta dan Banten Fahrurozi (kiri) melakukan kegiatan Operasi Pasar Stok Pangan di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat pada, (20/3). Sugar Group Companies bersama Bulog menjalankan program Gerakan Stabilisasi Pangan dengan menjamin ketersediaan bahan pangan gula selama seminggu di 35 titik pasar untuk wilayah DKI Jakarta dan Banten.FOTO: FAISAL R. SYAM / FAJAR INDONESIA NETWORK.[/caption]
[caption id="attachment_444985" align="alignleft" width="696"]
Satgas pangan saat menggelar sidak di Pasar Palmerah, Jakarta Pusat, Jumat (20/3) FOTO: FAISAL R. SYAM / FAJAR INDONESIA NETWORK.[/caption]
Sebelumnya, Pengamat Hukum dan Tata Negara Yusdiyanto Alam meyakini telinga Presiden Joko Widodo sudah mulai panas mendengar kondisi seperti ini. Tentu akibat banyaknya laporan yang masuk terkait kerentanan kondisi pangan di sela wabah Virus Corona.
”Saya yakin sekali. Pak Presiden sudah mengetahui ini. Raja olah itu diduga bermain di tengah kelangkaan gula di sejumlah daerah. Padahal mau Pilkada lho, biasanya komoditas ini dipakai untuk menarik simpati pemilih,” terang Yusdiyanto, kepada Fajar Indonesia Network (FIN).
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com