News . 18/03/2020, 12:34 WIB
JAKARTA - Dahsyatnya gempuran virus corona atau Covid-19 terhadap pasar keuangan menyebabkan nilai tukar Rupiah terus melemah ke level 5 ribu per Dolar AS. Bahkan, ekonom memperkirakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS masih akan terus tertekan hingga posisi 15.500.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda menilai, pelemahan nilai tukar Rupiah akan terus terjadi lantaran pemerintah tak mampu dalam mengantisipasi wabah corona terhadap perekonomian nasional.
"Pasti akan terus melemah karena wabah corona ini. Terlebih pemerintah seperi gagap menangani wabah corona ini," ujarnya kepada Fajar Indonesia Network, Selasa (17/3).
Kondisi demikian, melemahkan Indeks Harga Saham Gabungan (ISHG). Kemarin (17/3), IHGS dibuka terjun bebas di level terendah yaitu 4.467 atau turun hingga 4,7 persen. Itu karena investor asing melakukan aksi jual.
"Hal tersebut memperparah kondisi IHSG dan Rupiah. Saya kira mungkin akan tembus sampai Rp15.500," ucapnya.
Ekonom INDEF lainnya, Ariyo DP Irhamna menilai jika apa yang dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed melalui kebijakan moneter (Quantitative Easing/QE) seharusnya nilai tukar Rupiah menguat. Namun kenyataannya sebaliknya.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra melihat kekhawatiran pasar terhadap penyaberan virus corona yang semakin meluas menyebabkan Rupiah masih belum membaik.
“Semalam walstreet jatuh dalam lebih dari 12 persen. Tapi Pagi ini indeks Nikkei bergerak positif, S&P Futures juga demikian. Mungkin berita persiapan stimulus dari pemerintah AS membantu mengangkat sentimen sebagian pelaku pasar,” kata Ariston.
Saat ini, kata dua, Pemerintah AS masih bernegosiasi dengan senat untuk menggelontorkan paket stimulus yang lebih besar. Begitupun dengan pemerintah Selandia Baru, yang juga merilis stimulus NZD 12,1 miliar pagi ini, serta Bank Sentral Australia juga mempersiapkan stimulus moneter lanjutan.
“Rupiah masih berpotensi tertekan karena kekhawatiran penyebaran corona namun sentimen stimulus AS bisa membantu menahan pelemahan Rupiah, potensi USD-IDR yakni kisar Rp14.800- Rp15.100,” ucapnya.
Alhasil, prediksi dia, Rupiah masih akan terus tertekan hingga pasar masih menunggu stimulus dari Pemerintah AS yang akan dirilis beberapa hari ini, apabila besar stimulusnya dan sesuai ekspektasi, memungkinkan sentimen positif bisa datang lagi ke pasar keuangan.
Kemunginan, lanjut dia, Rupiah akan mendekati level tertinggi seperti pada oktober 2018, saat itu Rupiah berada di level Rp 15.217 per Dolar AS. “Ada resisten kuat yang dekat yaitu di kisaran Rp15.270,” ucapnya.
Dengan terus bertambahnya jumlah orang yang positif COVID-19, dari 134 menjadi 172 orang. Dari jumlah itu, korban yang meninggal sebanyak lima orang dan sembilan dinyatakan sembuh. Melihat itu Rupiah masih akan terus tertekan.
"Sentimen pasar masih sangat negatif. Pandemi corona ini belum jelas kapan bisa berakhir. Tidak ada faktor yang benar-benar positif menenangkan pasar, dan selama ketidakpastian ini masih begitu besar, maka Rupiah akan terus dalam posisi tertekan," kata Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah kepada Fajar Indonesia Network.
Parahnya lagi, menurut Piter, pelemahan Rupiah tak ada batasannya sebab selama tidak tertangani dengan baik oleh Pemerintah Indonesia, maka Rupiah akan terus babak belur.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com