JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyebutkan hasil survei konsumen BI menunjukkan optimisme konsumen atau Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami penurunan dari level 121,7 menjadi ke posisi 117,7. Meski turun, optimismen konsuen terhadap kondisi ekonomi masih tetap positif.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko menjelaskan, optimisme konsumen pada Februari 2020 didorong oleh persepsi konsumen yang tetap baik terhadap kondisi ekonomi saat ini dan juga ekspektasi kondisi perekonomian domestik ke depan.
"Konsumen tetap memandang positif kondisi ekonomi saat ini terutama terkait kondisi penghasilan saat ini dan kemampuan untuk membeli barang tahan lama, meskipun optimismenya tidak sekuat bulan sebelumnya," ujarnya melalui siaran pers, kemarin (9/3).
Survei IKK, dikatakan dia, menggunakan angka 100 sebagai titik awal. Angka di atas 100 menandakan konsumen masih optimistis menghadapi kondisi perekonomian saat ini dan masa mendatang.
BACA JUGA: Cuti Bersama Tambah 4 Hari
Berdasarkan laporan BI, IKK pada Februari 2020 tercatat terendah dalam tiga tahun terakhir. IKK Februari 2017 berada di level 117,1. Penurunan IKK Februari 2020 terjadi pada semua kategori responden.Adapun penurunan terdalam tercatat pada kategori responden dengan pengeluaran Rp2,1 juta-Rp3 juta per bulan dan berusia 51-60 tahun. Sementara itu, sebanyak 14 kota pelaksana survei mengalami penurunan IKK pada Februari 2020. "Penurunan terdalam terjadi di Medan (-15,1 poin), Banten (-12,7 poin), dan Surabaya (-12,5 poin)," papar Onny.
Meski demikian, lanjut dia, konsumen tetap berekspektasi positif terhadap kondisi ekonomi enam bulan yang akan datang, baik terkait penghasilan, ketersediaan lapangan kerja dan kondisi kegiatan usaha.
Sementara untuk pengeluaran konsumsi untuk tiga bulan mendatang atau bulan Mei 2020 diprakirakan meningkat. Hasil survei ini berdasarkan indeks prakiraan konsumsi rumah tangga tiga bulan mendatang yang meningkat dari 162,6 pada bulan sebelumnya menjadi 165,5. "Peningkatan tersebut didorong oleh permintaan yang diprediksi akan meningkat memasuki bulan puasa Ramadan dan Lebaran Hari Raya Idul Fitri," katanya.
Terpisah, ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro mengatakan, berdasarkan data-data hasil survel BI menunjukkan terjadinya perlambatan konsumen dan investasi secara nasional yang berlangsung beberapa bulan ke depan.
"Pelemahan optimisme konsumen menunjukkan perlambatan ekonomi yang memang terjadi di Indonesia. Kondisi ini bisa berlangsung beberapa bulan ke depan, bahkan mungkin bisa akan lama," kata dia.
BACA JUGA: Persiapan Haji Berjalan Normal
Menurut dia, data yang dikeluarkan BI sejalan dengan realisasi kinerja konsumsi yang dipaparkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Konsumsi rumah tangga Indonesia pada kuartal IV/2019 hanya tumbuh 4,97 persen. Realisasi tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu 5,08 persen secara tahunan (year on year (yoy).Oleh karena itu, dia meminta pemerintah untuk mengantisipasi tren perlambatan daya beli masyarakat. Pasalnya, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang perekonomian terbesar dengan porsi 52 persen. Adapun untuk mendongkrak tingkat optimisme konsumen, yaitu penambahan pendapatan dari kenaikan harga komoditas dan realisasi investasi. (din/fin)