News . 06/03/2020, 10:54 WIB
JAKARTA - Di tengah tekanan meluasnya penyebaran virus corona atau Covid-19 berdampak pada rasio kredit bermasalah atau (Non Performing Loan/NPL) gross industri perbankan nasional meningkat dari 2,53 persen pada Desember 2019 menjadi 2,7 persen pada Februari 2020.
"NPL gross sekitar 2, 53 persen, memang ada sedikit peningkatan menjadi 2,7 persen," kata Anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana, di Jakarta, Kamis (5/3)
Pihaknya belum bisa memastikan pembengkakan NPL apakah disebabkan tekanan virus corona atau melemahnya perekonomian global. Sementara ini, dia menduga peningkatan NPP disebabkan lemahnya pertumbuhan kfreidt bank. Indikator tersebut karena pertumbuhan kredit bank pada tahun lalu anjlok.
Dia menyebutkan, pertumbuhan kredit bank sepanjang 2019 hanya 6,08 persen. Realisasi itu jauh dari 2018 yang mencapai 11,7 persen. "Tapi faktor kan banyak, salah satunya penyaluran kredit mengalami penurunan. Nah, ini sedikit meningkat, tapi itu bukan kualitasnnya. Jadi ini karena faktor penurunan (pertumbuhan) kredit, sehingga (NPL) jadi sedikit naik," ujarnya.
Kendati demikian, tahun ini bukanlah awan gelap bagi kualitas perbankan nasional. Ini karen, OJK telah melakukan antisipasi yakni berupa kebijakan pelongaran tingkat kolektabilitas terhadap penilaian kualitas kredit bank kepada debitur.
Penilaian tersebut adalah hanya melihat kemampuan debitur dalam mengembalikan pembayaran pokok pinjaman dan bunga. Sebelumnya, otoritas menerapkan tiga pilar penilaian, yakni mencakup manajemen risiko dari debitur itu sendiri. "Ini bisa memberikan relaksasi kepada debitur, kepada nasabah. Tapi kami akan terus evaluasi setiap enam bulan, supaya bisa dilihat apa ini membaik atau tidak. Jika memburuk, bisa kami perpanjang," tutur dia.
Sementara itu, Direktur Utama Bank Tabungan Negara (BTN) Pahala Mansury mengatakan, dampak merebaknya virus corona di dunia dan Indonesia sudah pasti akan mengalami perlambantan ekonomi.
"Tentunya pasti ada peningkatan risiko ya melihat bahwa ada perlambatan. Cuma maksudnya OJK pun sekarang sudah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk bisa mengantisipasi hal tersebut," ujar dia.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Royke Tumilaar mengungkapkan, pihaknya akan melakukan rektruturisasi sebagai upaya untuk mencegah peningkatan kredit bermasalah. ''Jadi ya jangan tunggu dia macet baru action. Saya yakin belum ada yang macet tapi kita antisipasi ke sana ya," kata dia.
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BRI Sunarso menambahkan, pihaknya telah melakukan sejumlah antisipasi untuk menangkal kredit macet. Oleh karena itu, dia meyakini tidak akan terjadi kredit bermasalah.
"Situasi ini sudah sangat diantisipasi sehingga kita akan tetap optimistis. Karena melalui kolaborasi dengan kebijakan dan risk management yang baik. Ini tidak terlalu stocking, risk management makin sigap dan siap," tukasnya.
Apalagi juga Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani tengah menyiapkan stimulus fiskal tahap kedua guna memperkuat insentif fiskal tahap pertama yang terdiri dari ekspor dan impor, terutama kemudahan perizinan, integrasi dari sistem perdagangan, perhubungan, dan bea cukai agar dokumentasi ekspor itu lebih sederhana.
Sejumlah ekonom pun mendukung kebijakan lanjutan tersebut demi perekonomian Indonesia tetap stabil di tengah 'serangan' virus corona di dunia.
Perkembangan terbaru, jumlah korban akibat virus corona di dunia telah mencapai lebih dari 3.200 orang.(din/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com