News . 05/03/2020, 04:15 WIB
JAKARTA - PDIP boleh saja berada di atas dan mengalahkan partai-partai lain. Namun peta pemilihan calon presiden tidak linear dengan pemilihan legislatif. Tokoh asal partai berlambang banteng moncong putih yang dijagokan pada Pilpres 2024 mendatang, masih kalah dibandingkan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.
"Meskipun PDI Perjuangan unggul mencapai 30,3 persen. Kita tahu stok kader PDIP cukup berlimpah. Ada Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, dan Puan Maharani. Mereka masuk 10 besar pilihan masyarakat. Tetapi tokoh yang berpeluang maju dalam Pilpres masih rendah elektabilitasnya," kata Direktur Eksekutif Y-Publica, Rudi Hartono, di Jakarta, Rabu (4/3).
Mereka masih jauh di bawah Prabowo Subianto (23,7 persen), Anies Baswedan (14,7 persen), dan Sandiaga Uno (10,3 persen). Elektabilitas kader PDIP paling tinggi Ganjar Pranowo (8,0 persen), Risma (3,6 persen). Yang paling buncit Puan Maharani (1,1 persen).
Sandi dan AHY yang masih menuai investasi elektoral, harus meraih jabatan serupa jika ingin tetap bertahan. Dengan elektabilitas yang masih sangat tinggi, Prabowo berpeluang dicalonkan kembali pada Pilpres 2024. "Jika disimulasikan, pasangan Prabowo-Anies unggul jauh dengan dukungan publik mencapai 35,4 persen. Sedangkan Prabowo-Puan yang mencerminkan keterwakilan PDIP hanya didukung sebesar 11,8 persen," paparnya.
Pasangan Prabowo-Puan bahkan masih kalah dari Prabowo-Sandi yang sebelumnya bertarung dalam Pilpres 2019 dengan tingkat dukungan mencapai 23,3 persen. "Ini menjadi tantangan serius bagi PDIP. Kemungkinan duet Prabowo-Anies menjadi pasangan yang paling kuat dan tidak terkalahkan," jelasnya.
Jika Prabowo tidak maju pada 2024, Anies berpeluang menjadi calon presiden yang diunggulkan. Pasangan nostalgia Pilkada DKI 2017 Anies-Sandi paling favorit dengan dukungan 28,8 persen, disusul Anies-RK (21,0 persen), dan Anies-AHY (9,8 persen). Alternatif lainnya adalah Sandi-RK (31,3 persen), Sandi-Erick (27,6 persen), dan Sandi-AHY (30,3 persen).
Simulasi lain dilakukan terhadap RK. Yakni pasangan RK-Ganjar (22,3 persen), RK-Erick (14,8 persen), dan RK-AHY (9,3 persen). Lalu Ganjar-Sandi (20,3 persen), Ganjar-Erick (16,8 persen), dan Ganjar-RK (11,8 persen). "Nama Puan tidak muncul dalam simulasi pilpres tanpa Prabowo. Ini menunjukkan rendahnya dukungan terhadap penerus dinasti politik PDIP tersebut," urainya.
Ada 25 tokoh yang ditanyakan kepada responden sebagai capres. Dalam simulasi capres-cawapres, dipilih 5 nama sebagai capres unggulan. Ini berdasarkan opini yang berkembang pasca-Pemilu 2019. Masing-masing dipasangkan dengan sisa nama yang tersedia. Hasilnya, tiga pasangan paling unggul. Sebagian sisanya tidak tahu atau tidak menjawab.
Sementara untuk parpol, elektabilitas PDIP diprediksi masih unggul padal Pemilu Legislatif 2024. Persentasenya mencapai 30,3 persen. Posisi berikutnya Gerindra dengan elektabilitas 15,2 persen., Di peringkat tiga ditempat Golkar dengan 10,3 persen. Menurut Rudi, rekonsiliasi antara kubu Joko Widodo dan Prabowo berdampak pada semakin mantapnya posisi Gerindra sebagai runner-up. Golkar sendiri makin tergerus.
Berturut-turut pada posisi papan tengah adalah PKS (6,4 persen), PKB (5,6 persen), Demokrat (3,5 persen), dan PPP (3,3 persen). "NasDem yang sebelumnya naik perolehan suaranya pada Pemilu 2019 turun jauh hanya tersisa 2,9 persen," tukasnya. PAN diprediksi anjlok menjadi 1,4 persen. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) diperkirakan mengalami kenaikan elektabilitas menjadi 2,7 persen. Jika PSI tetap konsisten, lanjutnya, tidak tertutup kemungkinan PSI menjadi besar. Dengan memperhitungkan margin of error survei, PSI masih bisa menembus electoral threshold.
Partai-partai politik lain masih harus berjuang untuk dapat lolos threshold. Yakni Hanura sebesar 0,9 persen, Perindo 0,7 persen, Berkarya 0,4 persen, Garuda 0,2 persen, PBB 0,1 persen, dan PKPI 0,1 persen. "Jika tidak ada peningkatan performa, dikhawatirkan mereka tidak akan bertahan dalam peta politik Indonesia," pungkasnya.
Sementara itu, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengaku kehilangan sosok oposisi. Yakni seperti anggota DPR Fadli Zon dan mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. "Saya pribadi kehilangan orang-orang seperti Fahri Hamzah dan Fadli Zon untuk mengkritisi pemerintah," ujar Pramono di Jakarta, Rabu (4/3).
Dia mempersilakan publik untuk memberikan kritikan terhadap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Pemerintahan yang baik, lanjutnya, adalah yang memperoleh kritikan keras. "Presiden Jokowi kalau dikritik bukan kemudian baper. Kalau dikritik itu malah jadi energi," ucapnya.(rh/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com