News . 26/02/2020, 12:15 WIB

Virus Corona Lemahkan Daya Beli Masyarakat

Penulis : Admin
Editor : Admin

JAKARTA - Penyebaran virus corona yang berkepanjangan diperkirakan akan berdampak terhadap pelemahan daya beli masyarakat Indonesia. Pada kuartal II/2020 potensi tingkat konsumsi Indonesia akan menurun.

Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso Lim menerangkan, Cina merupakan negara sebagai pemasok bahan baku di sejumlah negara, termasuk di Indonesia. Nah, di tengah merebaknya virus corona dikhawatirkan akan berdampak pada pasokan bahan baku produsen.

"Dikhawatirkan akan berimbas di Indonesia dan produsen dunia, sehingga harga-harga akan terdorong naik. Kalau terdorong naik daya beli consumer akan menurun," kata dia, kemarin (23/2).

Penurunan daya beli masyarakat, prediksi dia, akan dirasakan pada kuartal II/2020 atau menjelang Hari Raya Idul Fitri. Untuk pasokan kuartal I/2020 masih aman karena produsen telah mempersiapkannya sejak sebelum memasuki libur Tahun Baru Imlek.

Dia melanjutkan, penyebaran virus corona memiliki efek domino terhadap rantai pasokan. Setelah Cina menutup pabrik-pabriknya, secara otomatis pabrik Indonesia akan mencari bahan baku dari negara lain. Padahal kebanyakan negara lain juga mengambil bahan baku dari Cina.

Jika kondisi demikian berkepanjangan, maka bakal terjadi inflasi. Akibatnya akan menurunkan pendapatan masyarakat, sehingga daya beli juga menjadi melemah. "Kita berharap sekali bagaimana kita bisa menjaga produksi dalam negeri tanpa ada ketergantungan bahan-bahan dari luar," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia Halal Watch (IHW), Ikhsan Abdullah mengatakan, penyebaran wabah virus corona harus dijadikan momentum untuk mengembangkan riset di Indonesia untuk menyiapkan bahan baku lokal, seperti untuk kebutuhan industri farmasi. "Kita harus anggap ini sebagai momentum, ambil hikmahnya sebagai umat yang berpikir," kata dia.

Memang diakui, hal itu tidak instan terwujud, dan harus melalui proses. Dan, saatnya sekarang ini Indonesia mulai bergerak mengerahkan anak bangsa Indonesia untuk menciptakan bahan baku sendiri tanpa bergantung dengan negara lain, terutama dari Cina.

Hal ini karena, saat ini sudah masuk darurat bahan baku. Dampaknya sudah mulai dirasakan di mana rantai distribusi berbagai bahan baku sudah mulai tersendak seiring virus corona masih mewabah.

Dia menegaskan, Indonesia harus membuat riset-riset kembali dibuka dan dihidupkan. "Pemerintah harus dorong agar hasil riset dari para peneliti terkait farmasi itu bisa diimplementasikan," katanya.

Indonesia, menurut dia, banyak memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang cukup andal yang bisa membuat bahan baku farmasi sendiri. Sebab tanpa dukungan dari pemerintah, Indonesia akan terus menjadi negara ketergantungan bahan baku dari negara lain.

Dia mencontohkan, negara Ghana yang sudah bisa meraup devisa dari penjualan vaksin yellow fever yang diciptakan sendiri. Hal itu lantaran mendapat dukungan dari pemerintahnya.

Maka, Indonesia pun bisa seperti negara Ghana yang bisa menciptkan bahan baku sendiri. Karena di Indonesia sudah banyak universitas, dan pabrik yang bisa dikerahkan untuk menciptakan itu.

Terkait hal itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, kecemasannya atas wabah corona yang tidak selesai akan berdampak industri nasional kesulitan untuk mendapatkan bahan baku dari Cina. Sebab 30 persen pabrikan Indonesia diperoleh dari Cina.

“Jadi, komponen bahan baku untuk industri manufaktur yang ada di Indonesia masih harus diimpor dari Cina sebesar 30 persen. Ini masih kita siapkan untuk subtitusi impornya,” kata Menperin Agus.

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com