News . 18/02/2020, 09:50 WIB
JAKARTA - Untuk mengantisipasi terulangnya kasus tercecernya zat/limbah radioaktif di wilayah pemukiman warga, Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto meminta Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (Bapeten). Lembaga ini diminta untuk mengaudit pelaksanaan standard opersional prosedur (SOP) pengelolaan limbah radioaktif.
Bapeten juga diharapkan segera melakukan tindakan pengamanan agar warga tidak masuk ke lokasi yang terpapar radiasi. Selain itu Mulyanto minta Bapeten melakukan tindakan dekontaminasi dan remediasi lingkungan agar area terpapar kembali normal.
Pemeriksaan juga harus dilakukan khususnya terkait transportasi dan penyimpanan sementara limbah radioaktif di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Kejadian tercecernya limbah radioaktif tersebut, meskipun dalam skala kecil, harus disikapi serius sebab bisa membahayakan warga dan menjadi preseden negatif dalam pengelolaan limbah radioaktif.
Ia menduga tercecernya limbah radioaktif yang terjadi di Perumahan Batan Indah Serpong ini, karena lemahnya prosedur transportasi dan penyimpanan limbah radioaktif yang ada. Karena seharusnya, dari pengguna, limbah radioaktif tersebut diangkut dan disimpan di tempat penyimpanan sementara limbah radioaktif Batan. Bukan di lapangan dekat perumahan. “Kemungkinkan besar tindakan ini dilakukan di luar prosedur dan tidak resmi,” ujar Mulyanto di gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/2). Untuk itu, Mulyanto yang juga tinggal di Perumahan Batan Indah tersebut minta Bapeten dan Batan bekerjasama dengan Polri untuk menelusuri pihak-pihak yang diduga terlibat atas kejadian tercecernya limbah radioaktif ini.
"Tercecernya limbah radioaktif ini cukup bahaya. Bukan hanya pada kesehatan dan keamanan warga di sekitar wilayah terdampak radiasi tapi juga terhadap kredibilitas bangsa ini di mata dunia. Masa limbah radioaktif di buang sembarangan. Di dekat perumahan lagi. Ini sangat memalukan," tegas Mulyanto.
Dengan survey itu juga berhasil membuktikan, bahwa reaktor Serpong aman. Tidak ada kebocoran radiasi. Sistem pemantauan lingkungan sebagai early warning system radiasi bekerja dengan baik. “Tindakan antisipatif ini perlu dilanjutkan dan dikembangkan karena terbukti bermanfaat mampu mendeteksi bila terjadi kebocoran radiasi,” tambahnya.
Sementara itu, Proses pengambilan tanah di sekitar lokasi paparan pun tertunda. Hal ini disebabkan karena kondisi hujan yang mengguyur Kota Tangsel, kemarin. Kepala Biro Hukum Humas dan Kerjasama Batan, Heru Umbara mengatakan, kondisinya tidak memungkinkan untuk dilanjutkan pengambilan sampel. “Sehingga proses clean up ditunda. Proses akan dilanjutkan. Mudah-mudahan cuacanya lebih bersahabat," bebernya.
Dia mengatakan selama menunggu kondisi kembali normal, pihaknya bersama Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Gegana Sat KBR dan Zeni Nuklir Biologi dan Kimia akan melakukan pemetaan terhadap kondisi titik radiasi. "Pemetaan akan kita lakukan setelah proses pembersihan. Hasilnya nanti akan kita umumkan," terangnya. Hasil proses pembersihan yang dilakukan, sebanyak 28 drum berisi 100 liter tanah akan dibawa ke tempat penampungan sementara limbah radiasi dibawa ke kawasan Puspiptek. “Untuk sementara hanya dapat 28 drum. Total, sudah 87 drum yang bisa diambil," tutupnya. (khf/fin/rh)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com